Jadi momentum kecelakaan ini sekaligus membuka kelemahannya di sisi regulator, sekalian saja diperbaiki, kemungkinan saja sudah terjadi sudah ada settingnya dari awal.
Tapi menteri perhubungan kali ini ngga mau tahu. Keselamatan ya keselamatan, at all cost mesti diutamakan. Jadi kalau ini sampai menganggu lebih baik diperbaiki semua.
Biang keroknya itu pangkalny diperizinan di regulatornya di direktorat jenderal perhubungan udara.
Karena yang penting mesti dicatat adalah bahwa industri penerbangan kita sedang tumbuh dan butuh pengakuan internasional.
Waktu tahun 2007 kan kita sempat di bann Uni Eropa setelah Adam Air, kemudian FAA downgrading dari kategori satu ke kategori dua. Kita harus minum pil pahit, jangan ditutupi terus. Banyak pihak yang nutupin.
Pada 2008 waktu kita mau adakan audit bandara, hasilnya tidak boleh diumumkan. Lima bdanra itu Denpasar, Sukarno-Hatta, Junda, Medan dan Makassar. Dari tiga elemen keselamatan, keamanan dan pelayanan dan tiga tiganya lemah. Cuma di Bali yang lebih baik.
Tapi waktu saya mau umumkan, saya ditentang. Ada lima lagi berikutnya.
Nah waktu itu responnya dari Angkasa Pura khususnya untuk Sukarno-Hatta adalah memperbaiki toilet, hahahaha.. itu true story
Anda kecewa?
Oh jelaslah, kaya gini toh Indonesia mau diajak baik susah. Ditutupin terus. Sampai akhirnya kita punya temuan ada 121 hal yang mesti diperbaiki.