Budhi Mulyawan: Kementerian Perhubungan itu 'Angker'

Laban Laisila Suara.Com
Senin, 12 Januari 2015 | 17:00 WIB
Budhi Mulyawan: Kementerian Perhubungan itu 'Angker'
Budhi Mulayawan Suyino. [Suara.com/Laban Laisila]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua tahun Budhi Mulyawan Suyitno menjabat sebagai Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan pada periode 2007-2009.

Dia menemukan banyak keganjilan dalam carut marut pengurusan izin rute terbang maskapai di sejumlah bandara Indonesia, sampai akhirnya menggeser setidaknya tiga orang yang dianggap bertanggung jawab waktu itu.

Ini membuktikan memang soal pengurusan izin rute maskapai menjadi lahan basah di direktorat angkutan udara dan belaku menahun.

Budhi bukan hanya membuang orang tak becus, dia juga melakukan audit internal dan memperbaiki masalah soal pengawasan sehingga menaikkan peringkat penerbangan Indonesia di mata ICAO.

Baru-baru ini soal izin rute terungkap lagi sejak tragedi Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah.

Budhi Mulyawan bercerita kepada suara.com menurut pengalamannya, bahwa betapa ada persoalan yang tak pernah beres soal pengurusan izin rute hingga kini. Berikut wawancaranya:

Ada temuan AirAsia ternyata melanggar izin rute dan ada kabar pelanggaran terjadi sudah dua bulan, secara admnistrasi bagian mana yang bolong setahu anda dan bagaimana sih pengawasan soal ini di Kementerian?

Harusnya bukan cuma dua bulan yang dilihat, tapi paling tidak tiga tahun terkahir. Karena adanya IDSC  (Indonesian Slot Coordinator) itu tiga tahun terakhir terbentuknya.  Buka saja semua.

Nah tiga tahun terkahir itu adakah praktik seperti itu. Mesti ditanyakan ke Plt Dirjen. Karena waktu zaman saya ngga ada yang gitu-gitu. Nah kehadiran lembaga baru ini membawa best practice yang mengutamakan keselamatan penerbangan, atau malah sebaliknya bad practice.

Kalau ditinjau lebih dalam jangan-jangan Cuma dua bulan. Waktu summer schedule nya juga seperti itu. Dan sekerang ini yang terjadi adalah salah persepsi, seolah-olah dengan IDSC itu sudah menjawab semuanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI