Suara.com - Artis menjadi politisi bukan hal yang asing lagi di negeri ini. Krisna Mukti menjadi nama baru dalam jajaran artis yang bergabung dengan politik. Dalam pemilu legislatif lalu, Krisna Mukti berhasil mendapatkan kursi di parlemen sebagai kader dari Partai Kebangkitan Bangsa.
Apa yang akan dilakukan Krisna setelah menjadi wakil rakyat di DPR? Simak perbincangan suara.com dengan Krisna Mukti beberapa waktu lalu.
Bagaimana perasaan Anda setelah dilantik menjadi anggota DPR?
Ya lega. Perjuangan doa selama ini akhirnya sampai pada tujuannya. Dari April sampai Oktober kemarin kan lumayan panjang. Selama belum dilantik, diliputi rasa waswas, takutnya nggak bisa dilantik karena ini dan itu. Tapi alhamdulillah dengan takdir Allah akhirnya saya jadi anggota dewan.
Tapi jujur, untuk bekerjanya sendiri saya belum merasakan yang signifikan. Karena ini masih peralihan pemerintahan. Masih banyak yang harus dibahas. Dan sampai sekarang belum tahu di Komisi apa. Mungkin efektifnya Januari.
Terus apa saja yang sudah Anda lakukan setelah dilantik?
Sidang paripurna, rapat-rapat, dapat arahan ini arahan itu yang sesuai dengan kebijakan fraksi. Saya juga belum bisa mengaplikasikan program-program yang saya susun. Kementeriannya juga belum ada. Untuk saat ini hanya silaturahmi ke konstituen saya di Bekasi tapi belum ada tindakan nyata.
Bagaimana Anda beradaptasi dengan tata tertib yang ada di DPR?
Saya berpikir tata tertib itu lumayan banyak. Jadi saya berusaha mempelajari, tidak untuk dihafal, tapi dipahami. Saya pikir di dalam sidang itu tadinya sesuai dengan aturan, tapi aturan kan yang bikin manusia juga. Misalnya, masalah jadwal sidang diinformasikan jam 9 pagi tapi ternyata dimulai jam 11. Itu hal-hal yang harus saya pahami dan berusaha untuk menyelami itu. Oh, ternyata tidak seperti orang kantoran, yang datang pagi kemudian pulang sore. Setidaknya itu yang saya rasakan untuk saat ini.
Sebagai anggota dewan pasti membutuhkan busana formal, Anda mempersiapkannya?
Saya waktu syuting pun kan perannya paling sering sebagai eksekutif muda. Jadi pakai baju syuting aja hahaha. Ngapain beli lagi. Apa yang ada di lemari saya pakai. Nggak ada persiapan khusus kok. Lagian saya biasa saja orangnya.
Anda mau di komisi berapa?
Komisi 10 yang membidangi pendidikan, kesenian dan budaya, pemuda, olahraga, dan pariwisata. Zona nyaman saya di situ. Kalau memang boleh sama ketua fraksi saya minta di situ. Kalau tidak di situ saya akan belajar lagi, bisa empat kali lipat belajarnya. Misalnya, kalau saya ditempatkan di bidang Hukum itu kan bukan bidang saya. Tapi saya yakin ketua fraksi nggak akan menempatkan asal-asalan.
Apa yang mau dilakukan jika berada di komisi 10?
Latar belakang saya kan di industri kreatif. Pastinya, nggak jauh-jauh dari dunia saya. Saya akan lakukan beberapa program, terutama di daerah konstituen saya di Bekasi. Saya punya program Bekasi jadi wisata persawahan. Di karawang kan daerah persawahan.
Maksudnya apa wisata persawahan?
Sebetulnya konsep ini mencontek yang ada di Tanah Toraja. Di sana banyak hotel dan penginapan di atas sawah. Tanah Toraja itu panasnya sama seperti Bekasi. Nanti, saya ingin wisatawan yang ada di Bekasi disuguhkan budaya kearifan lokal. Misalnya mereka boleh ikutan panen padi, ikut berkubang bersama kerbau-kerbau. Kalau itu berjalan, sektor-sektor lain pasti mengikuti. Bekasi kan akhir-akhir ini sering di-bully. Ini merupakan tantangan yang tidak mudah.
Anda yakin program itu bisa lolos?
Kalau kita tidak mencoba dan memulai tidak akan terjadi. Saya dengan power sebagai anggota DPR mudah-mudahan bisa menaklukkan birokrasi di sana. Toh ke depan buat mereka juga. Kalau masyarakat sana maju mereka juga yang senang.
Anda merasa beban jadi anggota DPR?
Itu dia. Karena saya belum bekerja secara normal, jadi saat ini masih santai-santai saja. Baru memikirkan konsep-konsep. Beban belum kelihatan. Memang harus kerja dulu.
Artis jadi anggota dewan dinilai sebagai pemanis saja, bagaimana Anda menanggapinya?
Nggak ada cara lain menanggapi kesinisan orang itu, seperti kata bapak jokowi, ya buktikan saja. Kita nggak bisa menepis. Ini merupakan satu tantangan buat kami untuk buktikan kapasitas dan kapabilitas. Mungkin dalam sidang paripurna saya tidak banyak suara. Saya memang bukan bukan orang yang teoritis.
Bagaimana perasaan Anda ketika mengalami dan menyaksikan langsung sidang di DPR ricuh?
Saya baca tertib seharusnya tidak seperti itu. Banyak faktor x dan banyak intrik-intrik di dalam sana yang nggak bisa kita ungkapkan. Tapi saya berusaha menerima semua. Perasaan saya waktu itu amburadul. Ternyata semua peraturan dilanggar. Saya masih anak bawang, saya juga tidak mengerti itu terjadi di ruang sidang. Lama-lama saya pelajari, ternyata semua ini ada sutradaranya. Apa yang terjadi di dalam sidang, nggak murni apa yang dikerjakan. Kita ini wayang-wayang yang dikendalikan saja hahaha. Tapi saya yakin semua demi kebaikan bangsa dan negara.
Ke depan, Anda bakal terima tawaran di panggung hiburan lagi?
Untuk sementara saya akan fokus di DPR dulu. Tapi mungkin ke depan kalau diizinkan dan nggak mengganggu kenapa nggak. Sabtu dan minggu kan libur, saya bisa nyanyi atau jadi MC. Kan lebih baik ngemci daripada korupsi hahaha.
Anda sudah tahu berapa penghasilan sebagai anggota DPR?
Nggak sebesar main sinetron hahaha. Jadi apa yang dibayangkan masyarakat bahwa anggota DPR akan menerima falitisas mewah dan gaji besar itu nggak sesuai dengan kenyataan. Dan sampai sekarang saya belum tau gajinya berapa, fasilitas nya apa-apa saja yang didapat, dan kapan akan menerima gaji. Mungkin karena masih peralihan pemerintahan.
Tapi dari wacana gaji yang saya dengar, itu cuma seperlimanya saja dari main sinetron hahaha. Nggak usah dibandingin dengan artis yang masih muda deh. Dengan honor saya sebagai artis senior juga masih kalah penghasilan DPR.
Jadi saya pikir pantas saja bahwa banyak anggota DPR akhirnya korupsi karena penghasilannya tidak sesuai dengan ekspetasinya. Sebetulnya itu masalah sehingga anggota Dewan bisa korupsi. (Yazir Farouk)