Suara.com - Untuk kali kedua, Khofifah Indar Parawansa kembali menjadi Menteri. Di era Presiden Gus Dur, Khofifah didaulat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Kini, Presiden Joko Widodo memberikan kepercayaan kepada dirinya untuk menjadi Menteri Sosial.
Meski sempat digadang-gadang sebagai Menteri Koperasi dan UKM, Khofifah mengaku jabatan sebagai Menteri Sosial sangat dekat dengan aktivitasnya sehari-hari sebagai Ketua Muslimat Nadhlatul Ulama.
Kepada suara.com di rumahnya yang asri di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Khofifah bercerita tentang awal mulai Jokowi ‘merayu’ dirinya untuk menjadi Menteri hingga respon keluarga ketika namanya kembali disebut sebagai Menteri.
Sebenarnya sejak kapan Presiden Jokowi mulai memberikan tanda-tanda akan memberikan Anda jabatan sebagai menteri?
Tanggal 20 malam (sekitar pukul 23.00) pada saat saya dipanggil ke Istana Negara. Ketika itu beliau menyampaikan kalau nanti saya minta bantu di kabinet, Ibu Khofifah cocok di posisi apa, jadi masih kira-kira, bahasanya seperti itu.
Sebelum tanggal 20 sama sekali tidak pembicaraan tentang Kabinet?
Enggak, jadi seperti yang Pak Jokowi sampaikan berulang kali bahwa ini adalah sebuah kerja sama tanpa syarat itu beliau pegang.
Ketika dipanggil ke Istana, siapa yang menelepon, apakah Pak Jokowi sendiri?
Bukan Pak Jokowi, ada dua orang yang menelepon saya. (Khofifah tidak mau menyebut nama orang tersebut)
Apa saja yang ditanya Pak Jokowi ketika bertemu Anda di Istana?
Diskusi saja kira-kira sekitar 15 menit.
Apakah Anda berbicara dengan Jokowi bersama-sama dengan calon menteri lainnya?
Tidak, saya berbicara dengan Pak Jokowi saja.
Apakah Jokowi ditemani Jusuf Kalla saat mewawancarai Anda ketika itu?
Tidak, hanya pak Jokowi saja, mungkin karena sudah malam yah karena ketika itu saya sampai di Istana sudah sekitar pukul 23 WIB.
Ada beban ketika dipercaya kembali menjadi Menteri?
Ketika dititipi jabatan itu amanah dan masing-masing amanah itu pasti ada tanggung jawabnya, itu built in. Di dalam amanah ada tanggung jawab jadi itu harus dijadikan satu kesatuan.
Nama Anda sebelumnya santer diberitakan sebagai Menteri Koperasi dan UKM tetapi di saat-saat terakhir berubah menjadi Menteri Sosial, apakah ada pemberitahuan soal perubahan ini?
Saya sebenarnya tidak pernah dikonfirmasi akan menjadi Menteri Koperasi UKM, media saja yang menulis.
Jadi Anda baru tahu menjabat sebagai Menteri Sosial ketika datang ke Istana, Minggu (26/10/2014) siang?
Saya rasa semua calon Menteri baru tahu posisi yang akan ditempatinya yah baru tadi (Minggu siang-red).
Saat ini banyak sekali masalah yang dihadapi masyarakat, kira-kira apa yang akan Anda lakukan sebagai Menteri Sosial dalam mencari solusi yang dihadapi masayarakat?
Pokoknya tadi sesuai briefing, semua yang terkait dengan program belum boleh dipublikasikan terlebih dahulu. Harus menunggu sampai selesai Rapat Kabinet besok. .
Anda sendiri sebenarnya merasa lebih cocok menjabat sebagai Menteri Koperasi dan UKM atau Menteri Sosial?
Itu dua dunia yang saya terlibat di dalamnya, jadi saya pernah menjadi pimpinan Komisi VIII yang membidangi Kementerian Sosial tahun 1992-97. Jadi saya sudah berinteraksi dengan dunia itu. Dalam keseharian saya di muslimat NU juga sangat banyak yang beririsan dengan pembangunan sosial.
Ini kali kedua Anda menjadi Menteri, waktu itu menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan di era Presiden Gus Dur dan sekarang Menteri Sosial di era Presiden Jokowi, apa perbedaan paling mendasar dalam pemilihan menteri di era Gus Dur dengan Jokowi?
Kalau dulu saya sama Gus Dur yang diminta untuk nelfonin calon Menteri. Jadi dulu ka saya sudah jadi Wakil Ketua DPR dan saya tidak terbayang baru 22 hari menjabat posisi itu masa jadi Menteri. Saya lah yang menelepon, tiba-tiba ketika akan diumumkan Profesor Saparinah Sadli ganti menelpon saya. Kata dia, kamu saja yang jadi Menteri karena saya sudah terlalu tua untuk jadi Menteri.
Bagaimana Anda memaknai nama Kabinet yang dipilih Jokowi-JK yaitu Kabinet Kerja?
Seperti yang pak Jokowi sampaikan di pidato pertamanya di MPR, kerja, kerja dan kerja. Kerja keras dan kerja keras.
Anda sempat jadi menteri lalu off dan sekarang jadi menteri lagi, kira-kira perubahan seperti yang akan terjadi terutama bagi keluarga?
Mereka (anak-anak-red) sebenarnya sudah tahu ketika saya tidak dalam jabatan formal pun, saya jarang di rumah. Anak-anak sudah sangat paham dengan ritme kerja saya, kalau ada kekhawatiran saya kehabisan waktu buat mereka, saya justru senang. Kalau mereka tidak khawatir justru saya sedih. (Dalam wawancara sebelumnya, anak bungsu Khofifah meminta ibunya untuk tidak terlalu fokus kerja dan melupakan anak-anaknya-red).
Ketika diminta untuk menjadi Menteri, apakah dikonsultasikan dulu dengan anak-anak?
Saya hanya membahasnya dengan anak nomor dua, sedikit menyampaikan.
Kenapa tidak menyampaikan kepada semua anak-anak?
Saya rencananya baru akan memberitahu mereka setelah ada pengumuman dari Presiden Jokowi.
Anak-anak mendukung anda kembali terpilih menjadi Menteri?
Pasti, yang paling bungsu tentu berharap waktu saya untuk dia bisa lebih banyak. Tetapi dia kan di pesantren dan tidak boleh terlalu sering dikunjungi.
Di mata Anda, apa makna dari revolusi mental yang sering dilontarkan Jokowi?
Revolusi mental menurut saya sama dengan hari-hari ini, karena sekarang kan baru Tahun Baru Hijriyah. Revolusi mental itu menghijrahkan orang dari yang miskin menjadi yang berkecukupan, dari yang bodoh menjadi pintar, menghijrahkan dari keterbelakangan menjadi maju dan menghijrahkan orang dari yang korup menjadi jujur. (Doddy Rosadi/Siswanto)
"Diwawancara Jokowi Tengah Malam di Istana"
Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 27 Oktober 2014 | 10:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Mensos Tegaskan Pentingnya Laporan Masyarakat soal Bansos Salah Sasaran
13 November 2024 | 10:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
wawancara | 14:44 WIB
wawancara | 14:42 WIB
wawancara | 12:22 WIB
wawancara | 15:10 WIB
wawancara | 08:00 WIB
wawancara | 10:52 WIB
wawancara | 20:19 WIB