Suara.com - Masyarakat Morowali, Sulawesi Tengah, bersiap menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) di tengah setumpuk masalah sosial, kesehatan, dan lingkungan yang dipicu derasnya aliran investasi ke industri hilir nikel setempat.
Jumlah kasus berbagai penyakit di Morowali melonjak dalam beberapa tahun terakhir, termasuk infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, penyakit mata, penyakit kulit, bahkan HIV/AIDS. Deforestasi tercatat tinggi dan pencemaran air pun disebut membuat kulit warga rutin mengalami iritasi.
Seorang warga mengatakan ia terpaksa bertahan di Morowali karena tak punya pilihan, meski di sana ia seperti terjebak “antara hidup dan mati”. Menanggapi hal ini, para calon gubernur Sulawesi Tengah mengeluhkan keterbatasan kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola dan mengawasi aktivitas pertambangan dan pengolahan nikel di wilayahnya.
Namun, mereka menjanjikan sejumlah rencana untuk mengakali situasi, entah dengan mengalihkan fokus pembangunan ke sektor non-tambang ataupun menuntut pemerintah pusat memberikan “kue” pajak lebih besar bagi daerah. Seberapa realistis gagasan mereka?