Koordinasi Komunitas Wetdika Baturan, I Nyoman Suarsana mengatakan jika bicara masalah tari di Desa Batuan kebetulan penglingsir atau nenek moyang kami memang mewarisi sejak dulu peradaban – peradaban yang memang dilahirkan karya seni tari yaitu
diantaranya seni tari gambuh dan beberapa seni tari modern yang lainnya yang sudah berkembang mungkin dari dulu sampai sekarang yaitu lahirnya Rejang Sutri.
Tidak hanya soal seni budaya, dengan memanfaatkan sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi Desa Batuan juga berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Ketua BUMDesa Desa Batuan, Gianyar Bali Ni Luh made Sukma Dewi bercerita bahwa BUMDesa Praja Kerta terbentuk di tahun 2018 sekarang ada unit usaha warung desa, pengelolaan sampah, pamsimas, TPS3R dan Puspa Aman. Kalau dari masyarakat biasanya melakukan pembayaran listrik, pembayaran PDAM, BPJS, Kredit juga dan pajak.
“Kebetulan di Bumdesa kan ada unit usaha pengelolaan sampah sistemnya bank sampah yang ada di masing-masing banjar itu kan satu bulan sekali nanti masyarakat yang membawa sampah ke Balai Banjar atau ke balai dusun kemudian petugas melakukan pencacahan sampah langsung di lakukan di TPS3R kemudian membuat kompos. Kalau Pusma Aman sendiri itu sebenarnya pusat pangan jadi kompos yang dihasilkan dari TPS3R nanti digunakan untuk material tambahan di Puspa Aman,” terang Sukma Dewi.
“Sejak tahun 2022 kita mencoba menerapkan konsep The Right man on the right place artinya kita kita memperbaharui unsur-unsur kelembagaan yang ada di Bumdesa untuk bisa lebih optimal memanfaatkan dan mengelola potensinya,” ucap Ari.
Ari menambahkan tentu karena sebagai status pemenang Desa BRILiaN peningkatan terhadap modal ini pasti berpengaruh terhadap peningkatan pada pendapatan Bumdesa. Nah sebagian dari pendapatan Bumdesa setiap tahunnya itu menjadi pendapatan asli desa yang digunakan kembali untuk membangun di desa.
“Saya sangat berharap apa yang telah menjadi warisan di Batuan terutama warisan kebudayaan yang telah kita warisi lebih dari 1000 tahun lalu tetap tumbuh dan eksisi di masyarakat,” tutup Ari.
Videografer/Video Editor: Hyoga Dewa Murti/Rahadyan Adi