Suara.com - Bagi masyarakat yang memperjuangkan keadilan atas tanahnya akibat terdampak proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Pemilu 2024 bukanlah “pesta demokrasi”.
Mereka mengaku tak bisa berharap banyak bahwa hak pilih yang mereka salurkan di kotak suara, akan berbalik dengan didengarnya suara itu untuk mendapat keadilan. “Itu pesta [demokrasi] untuk mereka yang senang, tapi untuk mereka yang sakit, merasa terzolimi,” kata Pandi, salah satu warga Suku Balik di Kampung Lama Sepaku, Penajam Paser Utara kepada BBC News Indonesia.
Ketika pembangunan Istana Negara dan gedung-gedung pemerintahan lainnya digencarkan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Nusantara, sebagian masyarakat terancam terusir dari kampung mereka.
Sebaliknya, bagi mereka yang merasakan berkah ekonomi dari pembangunan IKN, pemilu kali ini terasa “penting” untuk mempertegas keberlanjutan megaproyek ini.