Suara.com - “Aku antusias, tapi grogi,” kata Farsya Saffanah, 21 tahun, ketika berbincang dengan BBC News Indonesia, saat mengantre di TPS 052, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur. Tahun ini jadi tahun pertama Farsya menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara, memilih calon presiden dan wakil presiden, anggota legislatif, serta anggota DPD.
“Katanya kan lima menit di sini menentukan lima tahun ke depan, aku percaya itu,” tegasnya. Pemilu 2024 juga jadi pemilu pertama buat Stiven Sagala, pelajar berusia 19 tahun. Tidak seperti kebanyakan orang yang bisa mencoblos di sekitar lingkungan rumahnya, Stiven dan keluarga harus menempuh jarak 12 kilometer lebih untuk menggunakan hak suaranya.
Sebagai warga gusuran, Stiven dan keluarga harus mencoblos di tempat tinggalnya yang sebelumnya, yaitu Kampung Muara Bahari di dekat Jakarta International Stadium (JIS) - sesuai alamat yang tertera di KTP. Stiven bilang, ini salah satu momen yang dia tunggu ketika sudah mendapatkan KTP karena dia bisa “berkontribusi untuk memilih pemimpin”.