Suara.com - Sebuah pameran yang digagas kelompok perupa Papua hanya berlangsung empat hari, tapi harapan yang disematkan kepadanya melebihi rentang waktu itu.
Didesain sebagai medium regenerasi pengetahuan asli Papua, pameran yang didahului ‘sekolah adat‘ ini dimimpikan melahirkan perupa-perupa muda yang konsisten menyuarakan kegelisahan, persoalan, dan harapan orang-orang asli Papua.
Bernama Bholuh, 'sekolah adat' ini berlangsung dengan basis komunitas untuk mendorong potensi perupa muda. Secara terminologi, Bholuh bermakna bibit tumbuh. Kata ini menyimbolkan para artis seni rupa yang tengah berproses menjadi perupa mandiri. Tidak semata mandiri, Dicky berkata, 10 peserta Bholuh ditargetkan bisa bertumbuh menjadi perupa yang mendasarkan karya mereka pada lokalitas Papua—dari aspek budaya hingga realita ekonomi, sosial, dan politik.
Program ‘sekolah adat’ bagi para perupa muda Papua ini berlangsung sekitar satu bulan—termasuk pameran yang digelar singkat, selama empat hari. Meski begitu, gagasan di balik Bholuh serta harapan yang dilekatkan kepadanya jauh melampaui rentang satu bulan itu.