Suara.com - Di bagian selatan Gaza, jutaan pengungsi berada dalam kondisi krisis kemanusiaan yang semakin lama, semakin melampaui batasannya.
Mereka berdesakan di gedung-gedung sekolah yang secara cepat diubah menjadi tempat penampungan oleh PBB. Namun, di banyak tempat penampungan sekolah, sudah tidak ada lagi tempat.
Sehingga para pengungsi membangun tempat tinggal reyot yang bersandar di sisi-sisi bangunan, berusaha sedekat mungkin dengan bendera PBB dengan harapan mendapat perlindungan dari serangan udara, namun tidak kebal terhadap cuaca yang memburuk.
"Kalau Anda mau bicara tentang makanan, kami berharap kami menemukan beberapa potong roti untuk dimakan setiap hari. Jika Anda ingin bicara tentang kesehatan, sistem pembuangan limbah di sekolah ini rusak. Jika Anda ingin bicara tentang penyakit, ada cacar air, kudis, dan kutil di sini. Jika Anda ingin bicara tentang kondisi kami, kami putus asa," ujar Hassan Abu Rashed, salah seorang pengungsi. "Bisa dibilang kami kembali ke zaman kegelapan," tambahnya.