Suara.com - Lebih dari 20 tahun silam, sedikitnya 250 orang yang dituduh 'dukun santet' di Banyuwangi dan beberapa kota di Jawa Timur, diburu dan dibantai secara 'sistematis' dan 'meluas'. Keluarga korban masih dihantui trauma dan stigma di tengah janji pemerintah untuk memulihkannya.
Tragedi itu terjadi antara Februari 1998 hingga Oktober 1999, ketika Indonesia mulai dihantam krisis ekonomi dan politik yang ditandai merebaknya kerusuhan sosial dan jatuhnya Suharto dari kursi presiden.
Teror pembantaian yang diawali di Banyuwangi lalu menyebar ke Jember, Bondowoso, Situbondo, Pasuruan, Malang, hingga Pulau Madura. Salah satu keluarga korban yang masih trauma adalah Sari (bukan nama sebenarnya). Ayahnya dibunuh dengan kejam karena dituding 'tukang santet'.
“Saat itu, Bapak habis salat isya di rumah. Tiba-tiba lampu mati. Bapak keluar untuk mengecek meteran listrik. Dan ada seorang pria di luar, bikin tanda silang di pohon. Bapak lalu dikeroyok sampai mati, karena dituduh dukun santet," ceritanya.