Suara.com - Curah hujan adalah kunci dalam pertanian, khususnya tanaman padi, yang sangat bergantung pada keberlimpahan air. Perubahan iklim dan cuaca yang semakin tidak menentu, membuat banyak petani gagal panen akibat salah menentukan strategi tanam di awal musim.
Kalender musim yang digunakan dari generasi ke generasi dinilai semakin tidak akurat dan tidak lagi relevan digunakan sebagai panduan. Menyikapi hal tersebut, sekelompok petani di Indramayu mempelajari ilmu agrometeorologi dengan harapan mampu mengurangi risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem yang tidak terduga.
Secara tekun, sejak 2009, para petani yang bernaung dalam Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (PPTPI), setiap hari mengukur dan mencatat curah hujan yang terjadi di lahan pertanian milik mereka.
Pendampingan oleh para ilmuwan dilakukan sejak awal untuk membekali para petani dengan metode ilmiah dalam pengumpulan dan pengolahan data. Setelah belasan tahun, kini mereka sudah mampu menganalisis secara mandiri data yang mereka catat dan kumpulkan setiap hari. Hasilnya, berbagai cuaca ekstrem berhasil dilalui tanpa harus mengalami kegagalan panen.