Suara.com - Datuk Mawi telah menjadi pemburu harimau selama 40 tahun di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Lebih dari 150 ekor harimau Sumatra dia jagal demi kulit, taring dan tulang yang kemudian dia jual.
Awalnya, Mawi berburu harimau demi menyelamatkan desa, namun dia mengaku kecanduan. "Tidak ada rasa takut sama sekali, yang saya rasakan justru senang dan gairah," ujarnya. Bagi Mawi, harimau layaknya 'tumpukan uang yang bergerak'.
Namun, kini dia bertobat dan mengajak pemburu lain untuk berhenti dan aktif melindungi harimau yang jumlahnya kian langka. Mereka juga berpatroli membersihkan jerat yang jadi pembunuh utama harimau di hutan.
Di sisi lain, meninggalkan perburuan membuat para mantan penjagal kehilangan pendapatan. Mawi khawatir jika para mantan pemburu tidak kunjung mendapat pemasukan yang layak, mereka akan kembali berburu harimau.