Suara.com - Kembali berkuasanya Taliban, membuat Afghanistan menghadapi krisis ekonomi. Warga dari berbagai wilayah mengeluhkan tidak adanya lapangan pekerjaan. Sementara itu, antrean di bank terus mengular.
Warga berusaha menarik dana yang mereka miliki, namun Taliban menutup bank dan membatasi jumlah penarikan uang. Di sisi lain, cadangan dana bank sentral di luar negeri dibekukan dan bantuan dari internasional dihentikan secara drastis. Imbasnya, peredaran uang dalam negeri berkurang.
Afghanistan yang lebih banyak mengimpor ketimbang ekspor juga menjadi masalah tersendiri, pasalnya hal itu berakibat pada berkurangnya suplai produk, terutama makanan dan obat-obatan.