Suara.com - Taliban menguasai Afghanistan dalam hitungan hari setelah pasukan koalisi Barat ditarik pulang. Kepergian pasukan militer NATO membuat nasib para penerjemah terkatung-katung.
Bagi Taliban, mereka adalah pengkhianat. "Saya sering mendapat surat ancaman," kata salah seorang penerjemah militer Afghanistan yang diwawancara BBC secara anonim. "Penerjemah lainnya juga sering diancam secara langsung atau melalui telepon," kata dia.
Mereka kini mengharapkan relokasi dari negara-negara Barat yang dulu mempekerjakan mereka. Adapun Inggris telah merelokasi 1.800 warga Afghanistan dan mengupayakan hal yang sama bagi para penerjemah yang masih tinggal di negara tersebut.