Suara.com - Jurnalis adalah profesi yang berbahaya di Afghanistan. Apalagi, jurnalis perempuan. Anisa telah kehilangan banyak teman dan kolega sesama wartawan. Puluhan jurnalis telah dibunuh sejak perang dimulai pada 2001.
“Setiap kehilangan membuat kami semakin putus asa,” kata dia.
Saat bekerja pun dia banyak mengalami diskriminasi. Misalnya, pemimpin Taliban menolak diwawancara oleh jurnalis perempuan.
Ancaman demi ancaman pun dihadapinya. Setiap hari, dia harus melewati rute yang berbeda untuk pergi bekerja.