Suara.com - Di tengah situasi Myanmar yang makin memanas dan mengarah ke 'perang sipil', sekelompok polisi mengalami dilema. Mereka harus memilih apakah tetap setia kepada junta militer, atau membelot untuk berjuang bersama masyarakat sipil.
Sejak kudeta militer pada 1 Februari, polisi selalu menjadi pasukan yang ditempatkan paling depan untuk membubarkan segala bentuk gerakan masyarakat sipil penentang militer.
Saat ini ada lebih dari 70 polisi yang memutuskan untuk membelot, dengan konsekuensi yang cukup berat.