Suara.com - Ratusan anak berkumpul di dalam sebuah bangunan sekolah yang hancur, di garis depan peperangan di Yaman. Tanpa peduli puing-puing yang berserakan, mereka bersemangat belajar.
Melafalkan Alquran serta ilmu pengetahuan alam. Guru-guru di sekolah itu mengajar dengan sukarela, tanpa bayaran, akibat perang yang terus berkecamuk.
Jika salah satu guru berhalangan hadir, Ahmed maju sebagai guru pengganti. Usianya baru sembilan tahun dan dia terlahir tuna netra. "Saya mengajarkan semua hal yang sudah saya pelajari sebelumnya," kata Ahmed. Harapan Ahmed, sekolahnya yang hancur bisa dibangun kembali. "Kami ingin punya tembok dan pintu untuk menghalangi angin dan panas," tambahnya.