Suara.com - Di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, kelompok waria atau transpuan berorganisasi untuk mengubah pandangan negatif sebagian masyarakat tentang keberadaan mereka.
Melalui organisasi Fajar Sikka, mereka yang memiliki kenangan getir menjadi transpuan, saling menguatkan, berbaur bersama masyarakat untuk berkegiatan sosial. Di antara anggotanya adalah tiga bersaudara dari satu keluarga yang menjadi transpuan.
"Mereka sampai besar, rambutnya panjang. Mereka datang ke dunia ini sebagai laki-laki. Tapi mereka duduk-duduk, dan lama-lama berjalan dengan gemulai," katanya.
Sejak kecil, ketiganya memang tak pandai bekerja seperti lazimnya laki-laki: berkebun. Tapi untuk pekerjaan rumah seperti memasak, mereka jagonya, kata Florensia.