Suara.com - Ilmuwan perubahan iklim dari Universitas Pembangunan Jaya Tangerang, Wayan Suparta menjelaskan suhu panas yang belakangan melanda Indonesia. Menurutnya, suhu panas yang terjadi bersifat lokal, hanya terasa di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Sulawesi, Palembang, Bali, Semarang, dan Solo.
Profesor fisika elektro yang menemukan alat parameter cuaca itu yang sebelumnya sebagai dosen dan peneliti di Universiti Kebangsaan Malaysia menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan suhu panas terjadi salah satunya ialah karena faktor pembangunan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perubahan iklim lokal tersebut dapat menyebar ke daerah lain.
Dalam pandangannya, perubahan iklim biasanya dapat dilihat dari dua faktor, suhu dan kelembapan. Sedangkan di Indonesia memiliki karakteristik unik yakni perubahan iklim dipengaruhi oleh kelembapan atau hujan.
Diketahui sebelumnya, pada bulan Oktober 2019 beredar kabar bahwa suhu panas melanda beberapa daerah di Indonesia. Melalui laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa stasiun pengamatan BMKG mencatat suhu udara maksimum dapat mencapai 37 derajat celcius sejak tanggal 19 Oktober lalu.
Adapun wawancara selengkapnya bersama Wayan Suparta dapat ditonton dalam video ini.
Video Editor/Videographer: Suciati/Peter Rotti