Suara.com - Asus Indonesia buka suara rencana pemerintah Indonesia yan akan membuat Tingkat Komponen Dala Negeri (TKDN) dibuat lebih fleksibel, seperti yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
Muhammad Firman, Head of Public Relations ASUS Indonesia, menyambut baik rencana fleksibilitas TKDN jika memang nanti terealisasi oleh pemerintah.
"Kalau dari sisi kita sebagai brand, sebenarnya diuntungkan dengan TKDN fleksibel atau misalnya TKDN dihapus sama pemerintah, itu menguntungkan buat kita," ucapnya, beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan, pihaknya tinggal impor produk-produknya yang sudah jadi sehingga tidak usah melakukan kerja sama dengan pabrikan lokal untuk membuat manufakturing.
Namun, Firman menekankan bahwa pihaknya akan terus mengikuti apapun yang akan menjadi keputusan pemerintah Indonesia.
"Kita ikuti jelas ke pemerintahan nantinya, setelah keputusan resminya seperti apa, TKDN apakah diturunkan, atau dihapuskan, atau bagaimana, ya kita akan lakukan," ujarnya.
![Deretan Laptop Asus Ini Rusak di 114 Negara Bisa Ganti Sparepart Gratis, Jakarta, Kamis (17/4/2025). [Suara.com/Dythia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/17/77626-deretan-laptop-asus-ini-rusak-di-114-negara-bisa-ganti-sparepart-gratis.jpg)
Dirinya menambahkan bahwa jika ada kebijakan dan keputusan baru dari pemerintah, serta versi terbaru TKDN seperti apa, perusahaan akan tetap patuh.
Dia juga membeberkan bahwa hingga saat ini Asus Indonesia telah mengikuti ketentuan TKDN dari pemerintah.
"Untuk laptop, desktop, dan PC all-in-one, kita sudah 40 persen. Untuk segmen B2B, proyek pemerintahan, itu sudah 40 persen. Untuk smartphone kan juga sudah 40 persen," beber Firman.
Baca Juga: Deretan Laptop Asus Ini Rusak di 114 Negara Bisa Ganti Sparepart Gratis
Terkait dampak yang akan ditimbulkan soal fleksibilitas TKDN, Firman pun menyampaikan pandangannya.
"Kalau investasi, apalagi dilihat TKDN tadi ya, pastinya akan ada perubahan kalau misalnya regulasinya diubah. Kalau misalnya TKDN diturunkan ya, pasti investasi kita ya kurang ke Indonesia.
Karena tidak perlu banyak lagi kerja sama dengan produksi lokal, tidak perlu lagi perakitan di dalam negeri, ya pasti kurang di Indonesia," jelasnya.
Dia menjelaskan system kerja sama Asus Indonesia selama ini dalam memenuhi TKDN yang ditetapkan pemerintah Indonesia.
"Sebenarnya kemarin kita bekerja sama dengan produksi lokal untuk merakit laptop atau desktop kita di Batam, kita juga bekerja sama dengan produksi lokal yang bikin charger, bikin kabel, bikin tas laptop, itu sebenarnya kerja samanya sudah berjalan," ungkapnya.
Dari penjelasan Firman terungkap, jika dihitung impor langsung dari China akan jauh lebih murah.
"Tas laptop kita, tas laptop Asus misalnya yang biasa orang pakai, itu kalau misalnya impor dari China jauh lebih murah daripada kita bekerja sama dengan produksi lokal," katanya.
![Muhammad Firman, Head of Public Relations ASUS Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/4/2025). [Suara.com/Dythia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/18/60581-muhammad-firman-head-of-public-relations-asus-indonesia.jpg)
Tidak hanya China, Asus Indonesia juga sempat menggandeng Jepang untuk bekerja sama.
"Kemarin itu kita bekerja sama dengan produksi dari Jepang untuk tas laptop Asus. Harganya nggak bisa bersaing dengan produksi China," imbuh dia.
Firman juga menjelaskan apa yang akan menjadi dampak jika fleksibilitas TKDN benar-benar diterapkan pemerintah, terhadap tenaga kerja Indonesia.
"Di Batam kalau nggak salah ada 500 orang yang khusus untuk produksi Asus, mulai dari smartphone, laptop, desktop. Bakal hilang, walaupun nggak hilang semua, berkurang pasti," ujarnya.
Kondisi didasari dari kerja sama yang dilakukan Asus Indonesia dengan berbagai produk local, seperti produsen tas, kabel charger, dan lainnya.
Seperti diketahui, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menanggapi posisi TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dalam menjaga daya saing perindustrian Indonesia.
Dia meminta agar TKDN dibuat lebih fleksibel sehingga Indonesia tidak ketinggalan dan kalah dari negara-negara lainnya.
Dia melihat, TKDN yang ada saat ini memiliki kesan terlalu dipaksakan.