Suara.com - Tren sewa iPhone maupun HP mahal lainnya menjadi salah satu tren terbaru di momen Lebaran 2025. Namun di balik tren ini muncul pula ancaman baru seperti risiko pencurian data pribadi hingga pembajakan akun.
Founder dan Group CEO VIDA, Niki Luhur mengemukakan kalau berdasarkan temuannya dari media lokal, ada lonjakan penyewaan smartphone di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Semarang, dan Banyuwangi di liburan Idulfitri.
Menurutnya, smartphone bukan sekadar alat komunikasi melainkan simbol gaya hidup dan identitas digital. Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa perangkat sewaan menyimpan potensi celah keamanan yang serius.
“Menyewa smartphone untuk keperluan sesaat memang praktis, tapi jangan lupa, perangkat itu bisa menyimpan jejak data sensitif kita," ungkap Niki dalam keterangannya, Rabu (9/4/2025).
Dirinya menilai, banyak orang tidak sadar bahwa saat menyewa smartphone dan menggunakannya untuk mengakses akun digital atau mengisi data pribadi seperti KTP dan foto pribadi lewat selfie. Padahal mereka sedang membuka celah bagi kejahatan online.
Penipu atau Fraudster tidak perlu meretas sistem, karena celahnya sangat terbuka, mulai dari data yang tersimpan otomatis, cache aplikasi, hingga akses residual ke iOS atau Android dari pemilik sebelumnya.
"Dengan itu, mereka bisa mengambil alih akun siapa pun hanya dalam hitungan menit dan itulah yang kita kenal sebagai Account Takeover,” papar dia.
Sebagai penyedia solusi identitas digital bersertifikasi dan pencegahan fraud, VIDA mengimbau masyarakat untuk lebih waspada saat menggunakan perangkat sewaan terutama ketika mengakses layanan penting seperti perbankan digital, dompet digital, e-commerce, hingga media sosial.
Sebab, perangkat sewaan justru menyimpan risiko keamanan tinggi, terutama jika digunakan untuk login, transaksi, atau verifikasi identitas digital.
Baca Juga: Bikin Ngakak! Ayah Ini Bikin Heboh di Pernikahan Anaknya, Gegara Ini...
Berdasarkan riset VIRA bertajuk Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia, ada beberapa temuan mengkhawatirkan soal kejahatan digital.