Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan atau yang dikenal juga sebagai AI menjadi topik hangat yang terus diperbincangkan di berbagai bidang.
ChatGPT adalah singkatan dari Chat Generative Pre-trained Transformer. Dibuat oleh perusahaan teknologi bernama OpenAI, ChatGPT menjadi kecerdasan buatan (AI) yang bisa memiliki peran layaknya manusia.
Proses pelatihannya melibatkan miliaran data dari internet, buku, artikel, hingga percakapan umum, yang menjadikannya mampu merespons berbagai topik dengan cara yang alami dan relevan.
Penggunaan ChatGPT kini semakin luas. Banyak orang memanfaatkannya sebagai asisten pribadi digital untuk menyusun email, membuat artikel, menerjemahkan bahasa, hingga menghasilkan kode pemrograman.
Di bidang pendidikan, ChatGPT digunakan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran atau mencari referensi tambahan.
Salah satu keunggulan utama ChatGPT terletak pada kemampuannya memahami konteks percakapan, sehingga bisa memberikan tanggapan yang lebih nyambung dan tidak kaku.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun kemampuannya mengesankan, ChatGPT tetap memiliki keterbatasan.
AI ini bisa saja menghasilkan informasi yang tidak akurat atau bersifat bias, tergantung dari data pelatihan yang digunakan.
OpenAI juga terus mengembangkan versi terbaru dari ChatGPT. Salah satu yang terbaru adalah GPT-4, yang memiliki peningkatan signifikan dari sisi akurasi, fleksibilitas, dan pemahaman konteks.
Baca Juga: Cina Tolak Kesepakatan TikTok di AS, Tarif Impor Baru Trump Jadi Biang Kerok
Beberapa versi ChatGPT bahkan telah dilengkapi dengan kemampuan untuk memahami gambar dan dokumen, sehingga memperluas cakupan penggunaannya dalam dunia kerja dan pendidikan.