Sementara itu, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur.
Keterbatasan ketersediaan spektrum semakin menghambat kemampuan Indonesia untuk memperluas layanan 5G dan mencapai adopsi yang luas.
Carlos Oliver Mosquera, Partner di Kearney Singapura dan Head Kearney Technology Center of Excellence mengatakan, Indonesia memiliki kesempatan untuk melampaui pasar lain dalam hal ketersediaan spektrum.
Menurutnya, spektrum frekuensi yang kini tersedia untuk operator telekomunikasi belum ideal untuk 5G.
"Namun, sudah ada diskusi tentang pelepasan 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz yang lebih relevan untuk 5G," imbuh dia.
Carlos Oliver Mosquera melihat, jika regulator dapat merilis spektrum ini secara bersih, hal ini akan menjadi perubahan besar.
![Riset: Indonesia Dapat Skor Terendah Adopsi 5G. [Kearney]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/27/36803-riset-indonesia-dapat-skor-terendah-adopsi-5g.jpg)
Menurutnya, hal ini memungkinkan karena semua spektrum tersebut merupakan alokasi greenfield.
"Dengan demikian, operator dapat memperoleh spekturum berkualitas tinggi yang akan meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan, tambah dia.
Indeks tahun ini menunjukkan bahwa penetrasi 5G meningkat, tetapi komersialisasi melambat.
Baca Juga: Realme Siap Kenalkan HP 5G Murah Terbaru di Indonesia, Siap Tandingi Samsung Galaxy A06?
Negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Singapura menduduki lima besar dan penetrasi di Malaysia melebihi 50 persen.