Tak hanya itu, Anita Wahid juga menyoroti penerima pesan ancaman tersebut, di mana kali ini terlihat sangat spesifik menyasar satu orang.
"Kalau di kasus gue, penerima pesannya gue atau sebenernya keluarga intinya Gus Dur gitu ya, bukan gue. Gue hanya kebetulan yang angkat telepon. Sementara kalau di Tempo, yang menarik adalah yang menerima pesan itu adalah Mbak Cica. Dari semua orang yang ada di timya Tempo atau kita perkecil timnya Bocor Alus gitu misalnya, kenapa Mbak Cica yang menerima itu? Kenapa dua-duanya menargetkan perempuan dan bahkan di dalam kasusnya keluarga Gus Dur, anak-anaknya yang masih minor. Ini menarik banget buat kita pikirin, kenapa? Alasannya apa?" imbuhnya.
Anita Wahid menambahkan bahwa pesan ancaman tersebut pun memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya pembungkaman.
"Tapi walaupun ada perbedaan, sebenarnya pesannya sama. Pesannya adalah berhenti bicara, berhenti mengkritik, karena kalau nggak, akan ada konsekuensi besar yang akan kamu tanggung. Dan konsekuensi besarnya itu tidak menutup kemungkinan bentuknya adalah nyawamu," ujarnya.
Meski begitu, Anita Wahid secara tegas menolak upaya pembungkaman tersebut. Ia juga mengatakan jika teror seperti itu sangat nyata dan dapat dilakukan dalam bentuk apa pun di zaman sekarang.
Tak hanya itu, Anita Wahid juga menyenggol pihak-pihak yang dinilai masih menyangkal jika Indonesia saat ini tidak memiliki indikasi untuk mengarah ke Orde Baru.
"Tapi tentu saja, kalau kita dipaksa dan diteror untuk berhenti bicara, biasanya malah kita nggak akan berhenti bicara bukan? Paling nggak itu yang diajarin Gus Dur kepada kami. Nah, jaman Orba, teror-teror kayak gini real banget. Gue jelas menerima, anggota keluarga gue yang lainnya juga menerima. Jaman sekarang, teror-teror kayak gini itu juga real banget, bentuknya juga macem-macem. Jadi yang mau gue bilang sama kalian, yang masih bilang bahwa kita nggak akan balik lagi ke Orde Baru, kita nggak akan mengarah ke sana, really? Please deh," pungkasnya.
Unggahan yang disukai sebanyak lebih dari 32.000 kali oleh sesama pengguna X itu pun menuai beragam komentar.
"Sebenarnya dari jaman paspres itu bau Orde Barunya udah kecium banget. Pas kepilih mereka berdua makin menjadi, suasananya semakin seperti Orde Baru. Mencekam, anarkisme, dan keegoisan pemerintah ke sipil," komentar @simp******
Baca Juga: Soal Teror Kepala Babi dan Tikus di Kantor Tempo, Istana Jamin Tak Ada Sensor atau Bredel
"Dulu keluarga Gus Dur diteror, sekarang jurnalis Tempo yang kena. Ini bukan kebetulan, tapi pola yang terus berulang. Pertanyaannya, sampai kapan kalian yang menganggap ini sepele tetap tutup mata dan telinga? Jangan tunggu sampai kebebasan kita benar-benar hilang baru nyesal," tulis @lly****