Sejarah Dwifungsi ABRI: Peran Ganda Militer yang Berjaya di Orba dan Hilang Pasca Reformasi

Selasa, 18 Maret 2025 | 16:48 WIB
Sejarah Dwifungsi ABRI: Peran Ganda Militer yang Berjaya di Orba dan Hilang Pasca Reformasi
Ilustrasi ruang parlemen dan kebijakan RUU TNI (Unsplash/Aditya Joshi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Publik baru-baru ini dibuat geger mengenai RUU TNI yang dilakukan Komisi I DPR RI beberapa waktu lalu. Menjadi perbincangan hangat, begini sejarah dwifungsi ABRI di Indonesia.

Revisi Undang-Undang (RUU) TNI ini mendapat penolakan dari beberapa kalangan karena dirasa akan kembali membangkitkan dwifungsi ABRI yang sempat marak terjadi di masa orde baru.

Kebijakan ini pada awalnya memungkinkan militer untuk tidak hanya bertugas menjaga keamanan negara namun juga aktif di bidang politik dan pemerintahan.

Pada masanya, dwifungsi ABRI ini menunjukan peran besar anggota militer bagi bangsa tidak hanya secara pertahanan namun juga pada kebijakan strategis.

Paham yang ditakuti oleh banyak pihak ini percaya bahwa ABRI atau yang kini dikenal sebagai TNI memiliki pengaruh besar pada pemerintahan bahkan dapat menduduki jabatan sebagai sipil dan militer.

Sejarah dwifungsi ABRI

Ilustrasi tentara. Kisah tentara paling brutal dalam sejarah RI. [Shutterstock]
Ilustrasi tentara. Sejarah Dwifungsi ABRI: Peran Ganda Militer yang Berjaya di Orba dan Hilang Pasca Reformasi. [Shutterstock]

Laman Jurnal UIN menyebut bahwa istilah dwifungsi ABRI pertama kali dikenalkan oleh Presiden Soekarno dan AH Nasution.

Dalam Dies Natalis AMN (Akademi Militer Nasional) pada tahun 1958 di Magelang, AH Nasution mengenalkan "Jalan Tengah" Sebagai cikal bakal Dwifungsi ABRI.

Konsep ini merupakan pemberian kesempatan kepada militer sebagai kekuatan politik untuk berperan di pemerintah.

Baca Juga: Siapa Pemilik Hotel Fairmont Jakarta? Lokasi Rapat DPR Bahas RUU TNI yang Tuai Kontroversi

Dirinya menyebut dwifungsi ABRI ini sebagai jalan tengah karena kondisi politik pemerintahan yang kala itu dikuasai oleh sipil. Ia menyebut bahwa anggota militer dapat menjadi kekuatan politik dominasi yang bisa menyingkirkan politisi sipil di arena politik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI