Suara.com - Kawasan pantai di kawasan Iran mendadak berubah warna menjadi merah terang usai diguyur 'hujan darah'. Pemandangan ini mengingatkan mengenai kejadian yang ada dan dikisahkan di Alkitab.
Dalam laporan yang diungkap beberapa waktu ini, kawasan pantai yang berubah menjadi merah ini mengejutkan banyak orang. Ketika diunggah ke laman media sosial, pemandangan ini langsung menjadi fenomenal.
Dilansir dari NY Post, dalam video tersebut nampak aliran air berwarna merah yang mengalir ke bawah tebing menuju ke laut. Fenomena ini kemudian menjadi pemandangan menarik untuk para turis yang menontonnya.
Dalam video lainnya nampak seorang pria mengarungi ombak yang berwarna merah terang layaknya dibuat menggunakan teknologi AI. Kejadian tidak biasa ini rupanya terjadi di Pantai Silver and Red, Pulau Hormuz, Teluk Persia, Iran.
Setelah menggegerkan publik, banyak yang mengaitkan kejadian ini dengan kisah yang ada di Alkitab. Penelitian menyebut jika hujan darah yang menyebabkan pantai berubah menjadi merah ini disebabkan oleh tanah di Pulau Hormuz.

Ilmuwan menyebut jika pasir di pulau ini memiliki kandungan oksidasi besi dan dapat menghasilkan warna yang menyerupai darah. Dalam kondisi normal, beberapa bagian dari pantai memiliki pasir dengan kilauan logam.
Faktanya, Pulau Hormuz dikenal sebagai 'Pulau Pelangi' yang memiliki 70 mineral di dalamnya. Ilmuwan menjelaskan bahwa sedimen garis pantai akan berubah warnanya secara alami.
Karena kandungan di tanah Pulau Hormuz ini, beberapa orang menggunakannya untuk keperluan industri seperti pewarnaan dan untuk kebutuhan keramik. Uniknya, warga setempat juga kerap menambahkan pasir kaya mineral ini ke menu-men masakan lokal maupun internasional.
Fenomena hujan darah di Alkitab
Baca Juga: Tiongkok, Rusia, Iran Gelar Latihan Militer di Tengah Ketegangan Nuklir dan Ancaman Houthi
Dalam Alkitab, hujan darah disebutkan dalam beberapa bagian sebagai simbol hukuman, keajaiban, atau peringatan dari Allah. Salah satu peristiwa hujan darah yang paling dikenal dalam Alkitab ditulis dalam kitab Keluaran 7:17-21.
Dalam kisah ini, Tuhan menghukum Mesir dengan mengubah air Sungai Nil menjadi darah sebagai salah satu dari sepuluh tulah yang menimpa Firaun dan rakyatnya karena menolak membebaskan bangsa Israel.
"Demikianlah firman TUHAN: Dari hal inilah engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN. Sesungguhnya, dengan tongkat yang ada di tanganku ini, aku akan memukul air yang ada di Sungai Nil, maka air itu akan berubah menjadi darah" (Keluaran 7:17).
Air yang berubah menjadi darah ini membuatnya tidak layak dikonsumsi, ikan-ikan mati, dan bau busuk menyebar di seluruh negeri Mesir. Peristiwa ini merupakan salah satu tanda kuasa Tuhan yang digunakan untuk memperingatkan Firaun.
Di kitab lainnya yaitu Yoel 2:30-31 juga menyebut jika hujan darah merupakan salah satu tanda kiamat dan Tuhan tiba. Ayat ini sering dikaitkan dengan tanda-tanda akhir zaman dan peristiwa besar yang akan terjadi sebelum penghakiman Tuhan atas dunia.
"Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah, api, dan gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu" (Yoel 2:30-31).
Hujan darah dalam Alkitab berkaitan dengan tanda peringatan dari Tuhan, baik dalam bentuk hukuman atau pertanda akhir zaman. Namun, fenomena ini juga dapat dijelaskan secara ilmiah melalui berbagai faktor lingkungan seperti yang terjadi di Iran.