Suara.com - Arkeolog belum lama ini menemukan kerangka manusia yang dirantai. Penemuan ini diduga merupakan bagian dari ritual penyiksaan mengerikan yang terjadi di masa lalu.
Pada awal ditemukan, para arkeolog ramai berdebat mengenai identitas kerangka manusia tersebut. Belakangan baru diketahui jika kerangka ini adalah seorang wanita yang berasal dari era Bizantium dan merupakan korban asketisme ekstrem.
Kerangka manusia tersebut pertama kali ditemukan di Yerusalem dan berasal dari abad kelima Masehi. Diduga jika kerangka manusia ini merupakan seorang biarawati yang telah menyiksa dirinya selama masa hidup.
Tujuan biarawati ini rupanya merupakan ritual mengerikan yang dilakukan untuk memurnikan kembali jiwa dan mencapai kesempurnaan spiritual. Kepercayaan ini rupanya merupakan bagian dari ajaran asketisme.
Dilansir Suara.com dari IFL Science, ajaran asketisme tersebut membuat seseorang meninggalkan kehidupan duniawi dan materi. Paham ajaran ini menyebut bahwa dunia dapat membelenggu dan menjadi penghalang bagi manusia guna mencapai keselamatan.

Di masa itu, aksetisisme terdiri dari natural dan non natural. Paham natural membatasi gaya hidup manusia hingga ke aspek kebendaan. Manusia dengan paham ini hidup sederhana pada batas hidup tertentu yang tidak menyengsesarakan tubuh.
Di sisi lain, asketisisme non natural lebih esktrem dan melibatkan tindakan menyakiti diri sendiri. Pada masa ini, asketisme menyebar ke seluruh Eropa dan Timur Tengah sebelum agama Kristen muncul di 380M.
Wanita kaya yang hidup di masa itu percaya akan asketisisme untuk mengimbangi gaya hidup mewah. Beberapa hal yang sering dilakukan adalah puasa panjang, mengikat tubuh ke batu hingga mengurung diri dalam gua.
Penelitian kerangka biarawati era Bizantium
Baca Juga: Gali Rumah Sakit dari Abad ke-18, Arkeolog Temukan Prasasti Kutukan untuk Ritual Mengerikan
Kerangka manusia ini ditemukan pertama kali di sebuah makam yang dipersembahkan sebagai tanda penghormatan di bawah altar gereja. Jenazahnya diikat dengan menggunakan 12-14 cincin di lengan dan telapak tangan.
Tidak hanya itu, di bagian lehernya terlihat ada 4 ikatan dan 10 cincin di kaki. Sebuah pelat juga berada di area perutnya dan dipasang bersama dengan cincin-cincin yang ada. Kondisi ini membuat kerangka nampak menggunakan baja di seluruh tubuhnya.
Usai ditemukan kerangka biarawati ini kemudian diteliti, hasil penelitiannya ini kemudian diterbitkan di Journal of Archaelogical Science: Reports. Kondisi yang buruk membuat ilmuwan kesusahan mengungkap jenis kelamin kerangka tersebut.
Alhasil para ilmuwan menggunakan protein dalam enamel gigi untuk mengetahui jenis kelamin kerangka tersebut. Ketika selesai diteliti, kerangka manusia ini diketahui adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai biarawati.
Penemuan kerangka biarawati tersebut menjadi bukti pertama mengenai ritual penyiksaan diri Biantium yang dilakukan tidak hanya oleh laki-laki namun juga perempuan.
Bizantium diketahui merupakan penduduk kota Konstantinopel yang kini menjadi Roma Baru. Kekaisaran ini diketahui ada dari tahun 330M dan berada di bawah perintah Roma Baru sebagai Kekaisaran Kristen.
Wanita yang ada di Kekaisaran Bizantium diketahui memiliki peran beragam sebagai dokter, biarawati hingga permaisuri. Di lokasi ini akan ditemukan banyak biara yang berfungsi sebagai sekolah, rumah sakit hingga panti jompo.
Tentang Asketisme
Menurut Oxford English Dictionary, asketisme adalah prinsip atau praktik para petapa; disiplin diri yang ketat, pantangan yang keras, kesederhanaan.
Sedangkan menurut halaman Wikipedia, asketisme atau asketisisme adalah mendisiplinkan diri sendiri dan berpantang dalam bentuk dan pada taraf tertentu adalah bagian dari praktik keagamaan dalam banyak agama dan tradisi kerohanian.
Gaya hidup asketisme secara khusus dikaitkan dengan para biarawan, biarawati, dan fakir dalam agama-agama Abrahamis, serta para biku, muni, sanyasi, dan yogi dalam agama-agama India.