Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa manusia kemungkinan pernah berada di daerah tersebut, tetapi bukti tambahan tentang banjir besar di wilayah ini semakin memperkuat keyakinan bahwa ini adalah Bahtera Nuh.
Berbagai teks agama, termasuk yang diyakini oleh Kristen, Yahudi, dan Islam, semuanya merujuk pada Nuh dan bahteranya, tetapi para ilmuwan masih belum dapat memastikan keaslian cerita tersebut.
Perspektif Islam dalam Al-Quran
Dalam Al-Quran, kisah Nabi Nuh (Nuh AS) dan bahteranya juga diceritakan dengan detail. Surah Hud (11:36-48) mengisahkan bagaimana Nuh diperintahkan oleh Allah untuk membangun bahtera besar sebagai persiapan menghadapi banjir besar yang akan menenggelamkan kaumnya yang ingkar.
Allah berfirman:
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37)
Setelah banjir besar terjadi, bahtera Nuh akhirnya berlabuh di atas gunung. Al-Quran menyebutkan:
“Dan difirmankan: ‘Wahai bumi, telanlah airmu! Dan wahai langit, berhentilah (dari menurunkan hujan)!’ Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan. Dan bahtera itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan: ‘Binasalah orang-orang yang zalim!’” (QS. Hud: 44)
Gunung Judi, yang disebut dalam Al-Quran, sering diidentifikasi oleh sejumlah ulama dan sejarawan Muslim sebagai lokasi yang berada di dekat Gunung Ararat, yang juga disebut dalam tradisi Kristen dan Yahudi.
Baca Juga: Bangunan-bangunan 'Aneh' di Dalam Pondok Pesantren Al Zaytun, Bahtera Nuh hingga Istana Beras
Hal ini memperkuat kaitan antara Formasi Durupinar dengan kisah Bahtera Nuh.