TikTok Investasi Pusat Data Rp145 Triliun di Thailand, Nggak Mau di Indonesia Karena Banyak Pungli dari Ormas?

Senin, 10 Maret 2025 | 14:28 WIB
TikTok Investasi Pusat Data Rp145 Triliun di Thailand, Nggak Mau di Indonesia Karena Banyak Pungli dari Ormas?
Ilustrasi TikTok. [Unsplash/Collabstr]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - TikTok baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan berinvestasi sebesar 300 miliar baht atau Rp145 triliun di Thailand. Keputusan TikTok tersebut cukup 'mengejutkan' mengingat mereka tak memilih investasi jor-joran terkait pusat data perusahaan di Indonesia.

Padahal secara pengguna, jumlah pemilik akun TikTok di Indonesia jauh mengungguli Thailand. Tak sedikit pihak mencurigai adanya fenomena pungutan liar alias Pungli yang mengakibatkan investor internasional menjauh dari Tanah Air.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pernah mengungkap bahwa banyak oknum organisasi masyarakat (ormas) yang melakukan pemerasan alias meminta 'jatah proyek' sehingga meresahkan pelaku usaha.

Sebagai informasi, petinggi TikTok Technologies telah menemui pejabat Thailand di Bangkok pada Jumat (28/02/2025) lalu. Dua petinggi yang hadir pada pertemuan tersebut mencakup Helena Lersch, selaku Wakil Presiden Kebijakan Publik untuk TikTok dan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra.

TikTok dengan bangga mengumumkan rencana mereka berinvestasi Rp145 triliun selama lima tahun ke depan. Mereka bahkan berniat membantu Thailand menjadi pusat teknologi di ASEAN. Pada investasi awal, mereka akan berfokus pada penguatan infrastruktur teknologi negara tersebut.

Ilustrasi TikTok - Link Download MP3 TikTok Gratis (Pixabay)
Ilustrasi TikTok. (Pixabay)

Dikutip dari Bangkok Post, mega investasi itu termasuk pusat hosting data yang akan meningkatkan pengelolaan data bagi pengguna di Thailand dan Asia Tenggara.

Selain pembangunan pusat data, TikTok turut mengungkap komitmen mereka untuk meningkatkan literasi media guna mengatasi masalah berita palsu serta penipuan online.

Melalui laporan terpisah, Shinta Widjaya Kamdani selaku Ketua Umum Apindo aksi premanisme yang mencakup 'jatah proyek' mempunyai kemungkinan untuk merusak investasi di Indonesia.

Gangguan dari oknum ormas membuat investor berpikir ulang untuk menanamkan modal di Tanah Air. Pemalakan oknum ormas disinyalir bisa berdampak buruk terhadap daya saing Indonesia sebagai destinasi investasi.

Baca Juga: 7 Strategi Jualan di TikTok Raih Cuan untuk Bisnis Toko Online, Tak Hanya Live Streaming

"Aksi seperti ini tidak hanya merugikan pelaku usaha, tetapi juga mengancam reputasi Indonesia di mata investor global," kata Shinta Widjaya Kamdani.

Dia menambahkan, jika masalah ini tidak segera ditangani, bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi minat investor asing maupun domestik untuk berinvestasi di Indonesia. 

TikTok Lebih Memilih Jor-joran di Thailand Ketimbang Indonesia

Ilustrasi Data Center atau Pusat Data. [Dok. Microsoft Indonesia]
Ilustrasi Data Center atau Pusat Data. [Dok. Microsoft Indonesia]

Eksekutif TikTok mengungkap bahwa mereka memiliki 1.000 karyawan asal Thailand. Selain itu, TikTok mempunyai lebih dari 50 juta pengguna dan 3 juta akun TikTok Shop di Negeri Gajah Putih.

TikTok sendiri tak menjelaskan secara gamblang mengapa mereka lebih memilih berinvestasi di Thailand, alih-alih Indonesia. Padahal, jumlah pengguna TikTok di Indonesia mencapai lebih dari 157,6 juta pada 2024 lalu.

Ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna TikTok terbesar secara global, mengalahkan Amerika Serikat (120,5 juta pengguna).

Berbicara soal bisnis, TikTok berinvestasi di Thailand salah satunya untuk mematuhi undang-undang perlindungan data regional. Investasi ini juga akan membantu Thailand menjadi pusat global untuk industri digital.

Keputusan investasi dari TikTok sebesar Rp145 Triliun di Thailand, secara tidak langsung, membuat Indonesia 'kecolongan'. Angka sebesar itu tentu dapat mendongkrak ekosistem bisnis digital di Tanah Air. Sayang, perusahaan induk TikTok, ByteDance, justru memilih untuk berinvestasi ke negeri sebelah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI