Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan, pemerintahannya sedang menjajaki berbagai opsi terkait penjualan TikTok, platform media sosial asal China yang dimiliki ByteDance.
Ia menyatakan, tengah berdiskusi dengan empat kelompok berbeda yang menunjukkan minat dalam akuisisi aplikasi tersebut.
Keputusan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan terhadap TikTok akibat isu keamanan data yang telah lama menjadi perhatian regulator Amerika Serikat.
Sebelumnya, TikTok berada dalam ancaman pemblokiran kecuali jika kepemilikannya dialihkan ke perusahaan berbasis di Amerika.
Pemerintah Amerika sebelumnya telah menunjuk Wakil Presiden JD Vance dan Penasihat Keamanan Nasional Michael Walz untuk mengawasi proses negosiasi.

Trump juga mengindikasikan kemungkinan memperpanjang batas waktu bagi ByteDance untuk menyelesaikan transaksi penjualan.
Awalnya, tenggat waktu ditetapkan pada 5 April 2025, namun Trump membuka peluang perpanjangan guna mencapai kesepakatan yang lebih baik.
Sikap yang lebih fleksibel ini menandai perubahan dari pendekatan Trump sebelumnya yang lebih keras terhadap TikTok.
Bahkan, baru-baru ini ia mengusulkan skema kepemilikan bersama di mana Amerika Serikat bisa memiliki 50 persen saham TikTok melalui perusahaan patungan dengan dana investasi negara.
Baca Juga: Fuji Sering Bengong saat Live Jualan di TikTok Bukan karena Lapar tapi Zoning Out, Apa Artinya?
Langkah ini memperlihatkan adanya kemungkinan pendekatan yang lebih pragmatis dalam menangani isu TikTok, berbeda dengan kebijakan larangan total yang sebelumnya digaungkan.