Meskipun memiliki teori ilmiah yang masuk akal, Drews mengakui bahwa keyakinannya membuatnya percaya bahwa kisah ini tetap merupakan mukjizat.
Sebagai seorang Kristen Lutheran, ia menyatakan, "Saya selalu memahami bahwa iman dan sains dapat dan harus harmonis. Adalah tepat bagi seorang ilmuwan untuk mempelajari komponen alami dari narasi ini."
Pembahasan dari Perspektif Islam dan Al-Qur'an

Dalam Islam, kisah Musa (Nabi Musa AS) dan peristiwa pembelahan laut juga diceritakan dalam Al-Qur'an. Yaitu pada Surah Asy-Syu'ara ayat 26 hingga 63.
Pada ayat 63 itu menyebutkan: "Maka Kami wahyukan kepada Musa, 'Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.' Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar."
Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah yang mutlak, di mana Musa diperintahkan untuk memukul laut dengan tongkatnya, dan laut pun terbelah sebagai tanda mukjizat dari Allah.
Al-Qur'an menekankan bahwa peristiwa ini adalah bukti nyata dari kekuasaan Allah, bukan sekadar fenomena alam. Meskipun penelitian ilmiah modern mencoba menjelaskan peristiwa ini melalui hukum alam, umat Islam percaya bahwa mukjizat tersebut terjadi atas kehendak Allah, yang melampaui hukum alam biasa.
Dalam Islam, mukjizat adalah tanda yang diberikan Allah kepada para nabi untuk membuktikan kebenaran risalah mereka. Kisah Musa dan Laut Merah mengajarkan tentang pentingnya iman, keteguhan, dan kepasrahan kepada Allah dalam menghadapi tantangan. Umat Islam diajarkan untuk melihat peristiwa ini sebagai pelajaran spiritual, bukan hanya sebagai fenomena historis atau ilmiah.
Dengan demikian, baik dari perspektif ilmiah maupun agama, kisah Musa membelah Laut Merah tetap menjadi sumber inspirasi dan refleksi tentang kekuasaan Tuhan dan keajaiban yang melampaui pemahaman manusia.
Baca Juga: Kamatian Patut Dirayakan dalam Buku Ikan-Ikan dari Laut Merah Karya Danarto