Suara.com - Baik umat Kristen maupun Yahudi menganggap peristiwa Musa membelah Laut Merah sebagai salah satu mukjizat Tuhan yang paling mengesankan.
Namun, penelitian terbaru yang dilansir dari New York Post, menunjukkan bahwa kisah religius ini mungkin memiliki dasar ilmiah.
Menurut Alkitab, Musa, seorang nabi Tuhan, memerintahkan perairan terdalam Laut Merah untuk membuka jalan bagi bangsa Israel melarikan diri dari kejaran Firaun Mesir yang menindas.
Pasukan Firaun kemudian ditenggelamkan oleh gelombang yang datang setelah bangsa Israel berhasil menyeberang. Namun, menurut para ahli di National Center for Atmospheric Research, peristiwa ini tidak selalu memerlukan intervensi ilahi.
Mereka menyatakan bahwa angin yang bertiup dengan kecepatan dan sudut tertentu dapat membuka saluran air, memungkinkan orang-orang untuk berjalan melintasi dasar laut yang terpapar.
Setelah angin mereda, air akan kembali dengan kekuatan seperti tsunami, menenggelamkan siapa pun yang berada di belakang.
Carl Drews, seorang ahli oseanografi, menjelaskan kepada Daily Mail, "Penyeberangan Laut Merah adalah fenomena supernatural yang mencakup komponen alami — mukjizatnya terletak pada waktu yang tepat."
Namun dengan teknologi saat ini, memprediksi bahwa fenomena ini memerlukan angin dengan kecepatan lebih dari 60 mil per jam yang bertiup pada sudut tertentu, membuka terowongan air selebar 3 mil.
![Selat Bab-el-Mandeb di Laut Merah, jalur perdagangan strategis dunia yang kini tidak aman gara-gara ancaman milisi Houthi asal Yaman. [Suara.com/Google Maps]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/12/19/40912-selat-bab-el-mandeb-di-laut-merah-houthi.jpg)
Nathan Paldor, ilmuwan kelautan dari Hebrew University of Jerusalem, menambahkan, "Ketika angin kencang bertiup ke arah selatan dari ujung Teluk selama sekitar satu hari, air akan terdorong ke laut, sehingga memperlihatkan dasar laut yang sebelumnya terendam."
Baca Juga: Kamatian Patut Dirayakan dalam Buku Ikan-Ikan dari Laut Merah Karya Danarto
Kisah Musa membelah Laut Merah diperkirakan terjadi di Teluk Aqaba, yang memisahkan Semenanjung Sinai Mesir dari Arab Saudi dan selatan Yordania.