Suara.com - Riset dari LinkedIn menyebut kalau Indonesia masih kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang memahami teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Menurut laporan LinkedIn bertajuk Work Change Report, sebenarnya AI mulai banyak diterapkan banyak perusahaan global. Data menunjukkan 94 persen eksekutif di Asia Pasifik (APAC) menetapkan adopsi AI sebagai prioritas strategis untuk 2025.
Selain itu, riset LinkedIn menyebut kalau perusahaan yang cepat beradaptasi bakal memiliki keunggulan kompetitif. Sebab dalam dua tahun terakhir, 51 persen bisnis global yang telah menerapkan AI generatif mengalami peningkatan pendapatan hingga lebih dari 10 persen.
"Namun, meskipun AI mendorong pertumbuhan bisnis di seluruh dunia, tenaga kerja di Indonesia masih kekurangan keterampilan yang dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang ini," kata LinkedIn, dikutip dari siaran pers, Rabu (5/3/2025).
Baca Juga: Cara Membuat Chatbot AI untuk Toko Online, Bisa Pakai WhatsApp
Riset LinkedIn melaporkan kalau keterampilan yang paling sulit ditemukan di antara kandidat pekerja Indonesia adalah keahlian AI dengan persentase 45 persen.
Posisi kedua yakni keterampilan teknis & IT seperti pengembangan perangkat lunak dan rekayasa dengan persentase 40 persen. Ketiga yaitu soft skill seperti komunikasi dan pemecahan masalah dengan persentase 32 persen.
Temuan lain, 1 dari 2 profesional HR mengatakan bahwa kurang dari setengah pelamar memenuhi semua kualifikasi yang dibutuhkan. Sementara 63 persen profesional HR melaporkan adanya ketidaksesuaian antara keterampilan pelamar dan kebutuhan perusahaan.
Sebagai solusinya, LinkedIn mendorong model perekrutan berbasis keterampilan (skills-first hiring), di mana kompetensi menjadi prioritas utama dibandingkan latar belakang pendidikan atau pengalaman kerja.
Pendekatan ini terbukti efektif meningkatkan jumlah kandidat yang memenuhi syarat hingga 9,5 kali lipat dibandingkan perekrutan berbasis pengalaman.
Baca Juga: Memanfaatkan AI, Maserati Tanpa Sopir Ini Pecahkan Rekor Kecepatan
"Secara global, setengah dari perekrut di LinkedIn sudah menggunakan data keterampilan untuk mencari kandidat, menandakan pergeseran menuju proses perekrutan yang lebih inklusif dan efisien," papar LinkedIn.
Kebutuhan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan pun dinilai semakin mendesak. Data LinkedIn menunjukkan 85 persen profesional HR di Indonesia menetapkan upskilling karyawan sebagai prioritas utama untuk 2025; keterampilan AI (85 persen) dan soft skills seperti kolaborasi serta growth mindset (84 persen) menjadi yang paling dibutuhkan.
"Jika investasi dalam pengembangan keterampilan AI tidak segera dilakukan, Indonesia berisiko tertinggal dalam memanfaatkan AI untuk inovasi dan pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.