Suara.com - Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada Senin (24/02/2025) kemarin.
Meski sebagian publik menentang Danantara karena rawannya pengawasan yang transparan, pada akhirnya peluncurannya dilaksanakan kemarin.
Sementara, dalam peluncuran tersebut, Prabowo mengundang Presiden ke-6 dan ke-7 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi).
Ketiganya pun tampak akrab dan kompak berdiri mengenakan setelan jas berwarna gelap di halaman tengah Istana Merdeka dan Istana Negara, Jakarta.
Baca Juga: Dari 1MDB ke Danantara: Belajar dari Skandal Keuangan Malaysia, Jangan Sampai Terjadi di Indonesia!
Awalnya, potret keakraban Prabowo, Jokowi dan SBY ini terlihat saat mereka tiba di lokasi peluncuran Danantara.
Saat peluncuran itu, Prabowo, Jokowi dan SBY terlihat menaiki mobil golf car dengan Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya yang menjadi sopirnya.
Dalam mobil tersebut, Jokowi dan SBY tampak berada di kursi belakang sedangkan Prabowo duduk di samping Teddy menuju bagian tengah Istana.
Momen keakraban tersebut lantas mengandung banyak spekulasi seperti arti ketidakmunculan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
![Tangkapan layar, cuitan Ali Syarief soal Prabowo di apit SBY dan Jokowi saat peresmian Danantara. [X/@alisyarief]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/25/84175-tangkapan-layar-cuitan-ali-syarief-soal-prabowo-di-apit-sby-dan-jokowi-saat-peresmian-danantara.jpg)
Akademisi dari Cross Culture, Ali Syarief pun ikut berkomentar momen keakraban Prabowo bersama Jokowi dan SBY seakan menjadi simbol bahwa Megawati ditinggalkan.
Baca Juga: Ketua DPR: Semoga Danantara Bisa Gerakkan Ekonomi Nasional
Ia juga menduga, bisa jadi memang Megawati yang ingin berada dalam arus yang berbeda dengan ketiganya.
"Pada acara hari ini Prabowo di apit SBY dan Jokowi. Simbol meninggalkan Mega, atau posisi Mega tetap ingin berlawanan?" tulis Ali Syarief dalam akun X-nya, dikutip Selasa (25/02/2025).
Sementara netizen pun setuju jika Megawati tetap berada dalam arus yang berbeda. Ada juga yang menilai bahwa jika Megawati menjadi "lawan" harus lebih jelas perjuangannya.
"Bagus. Saya harap Bu Mega/PDI Perjuangan all out melawan. Mungkin mahasiswa dan masyarakat sipil akan berpihak ke ‘Bu Mega/PDI Perjuangan," tutur netizen.
"Perjuangan untuk berlawanan itu harus jelas, perjuangannya melawan siapa ?? Masih ngambang perlawanannya, lama2 melempem atau sprti kue nggak jd alias Bantet," tulis netizen.
"Keknya sulit buat Prof. Ega untuk mau bergabung klo ada 2 (dua) "Mantan" tsb... Tauk sendirilah, kenapa," tambah netizen.
Cuitan Ali Syarief tersebut bisa dilihat di sini.
Kontributor : Maliana