Suara.com - Sepanjang sejarah, Bumi telah mengalami berbagai peristiwa besar yang mengubah iklim dan ekosistemnya. Salah satu pemicu utama perubahan tersebut adalah tabrakan asteroid, yang dampaknya bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Para ilmuwan terus meneliti peristiwa semacam ini, bukan hanya untuk memahami kepunahan di masa lalu, tetapi juga untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman di masa depan.
Sebuah penelitian terbaru dari IBS Center for Climate Physics (ICCP) di Pusan National University, Korea Selatan, mencoba mensimulasikan apa yang akan terjadi jika asteroid berukuran sedang menghantam Bumi.
Dengan model iklim canggih, mereka menganalisis bagaimana peristiwa ini dapat memengaruhi atmosfer, pola cuaca, dan bahkan ketahanan pangan global. Hasilnya cukup mengejutkan.
Baca Juga: Asteroid Raksasa Berpotensi Menghantam Bumi pada 2032, Ini Lokasi yang Berisiko
Sementara sebagian besar kehidupan akan berjuang untuk bertahan, beberapa justru akan berkembang pesat dalam kondisi yang tidak terduga seperti dirangkum dari Earth.com.
Seberapa Besar Risiko Tabrakan Asteroid?
Bumi dikelilingi oleh banyak objek luar angkasa yang memiliki orbit relatif dekat. Sebagian besar tidak berbahaya, tetapi beberapa memiliki kemungkinan tabrakan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu asteroid yang paling diperhatikan adalah Bennu, dengan diameter sekitar 500 meter.
Menurut penelitian terbaru, peluang Bennu menabrak Bumi pada September 2182 adalah 1 banding 2700. Untuk memberikan gambaran, peluang ini sama seperti melempar koin 11 kali berturut-turut dan mendapatkan hasil yang sama setiap kali.
Meskipun kemungkinannya kecil, dampak potensial dari tabrakan semacam itu bisa sangat besar dan menimbulkan gangguan global yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Inti Bumi Berubah Bentuk? Ini Penjelasan Para Ilmuwan
![Ilustrasi asteroid. (Shutterstock)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2015/12/24/o_1a78akm441n9r1cnk1mrf1or4p6sa.jpg)
Simulasi Tabrakan Asteroid dan Dampaknya
Para peneliti ICCP menggunakan superkomputer untuk membuat model tumbukan asteroid berukuran sedang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tabrakan ini akan melepaskan ratusan juta ton debu ke atmosfer atas, menghalangi sinar matahari dan menyebabkan efek pendinginan global mirip dengan dampak letusan gunung berapi besar di masa lalu.
Namun, penelitian ini tidak hanya fokus pada perubahan suhu dan atmosfer. Para ilmuwan juga mempelajari bagaimana ekosistem darat dan laut akan bereaksi terhadap perubahan lingkungan yang tiba-tiba.
Dengan memvariasikan jumlah debu yang disuntikkan ke atmosfer dalam model mereka, para peneliti menemukan bahwa Bumi akan mengalami gangguan besar setidaknya selama tiga hingga empat tahun setelah tumbukan.
Perubahan Iklim Akibat Tabrakan Asteroid
Skenario paling ekstrem dalam penelitian ini menunjukkan bahwa:
- Suhu permukaan global bisa turun hingga 4 derajat C, mengakibatkan musim dingin yang lebih panjang dan lebih ekstrem.
- Curah hujan menurun sekitar 15 persen, memperburuk kondisi kekeringan di berbagai wilayah.
- Lapisan ozon menipis hingga 32 persen, meningkatkan paparan radiasi ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di Bumi.
Efek ini akan sangat memengaruhi pertanian, membuat tanaman lebih sulit tumbuh di banyak bagian dunia. Sementara beberapa wilayah mungkin mampu beradaptasi, daerah yang sudah rentan terhadap kekeringan akan mengalami kondisi yang lebih keras.
Selain itu, ekosistem darat akan mengalami kesulitan besar dalam beradaptasi dengan perubahan ini. Banyak spesies, termasuk manusia, akan menghadapi tantangan berat untuk bertahan hidup.
Dampak pada Ekosistem Darat dan Laut
Menurut Dr. Lan DAI, peneliti utama dari ICCP, penurunan suhu dan berkurangnya sinar matahari akan menyebabkan fotosintesis di daratan turun hingga 30 persen. Ini berarti tanaman akan kesulitan tumbuh, yang berujung pada penurunan produksi pangan global.
Namun, sesuatu yang mengejutkan ditemukan dalam ekosistem laut. Berbeda dengan tumbuhan di darat yang mengalami kemunduran drastis, plankton laut justru menunjukkan respons yang berbeda.
![Ilustrasi asteroid. (Elements Envato)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/01/20/50601-ilustrasi-asteroid.jpg)
Pemulihan Cepat di Lautan
Simulasi komputer menunjukkan bahwa meskipun fotosintesis di daratan mengalami penurunan tajam, plankton di lautan pulih dengan sangat cepat.
Dalam waktu enam bulan setelah tumbukan, populasi plankton kembali ke tingkat normal bahkan dalam beberapa kasus, melebihi jumlah sebelum dampak.
Fenomena ini dikaitkan dengan zat besi yang terkandung dalam debu asteroid. Profesor Axel Timmermann, Direktur ICCP, menjelaskan bahwa debu asteroid yang mengendap di lautan kaya akan zat besi, yang merupakan nutrisi penting bagi pertumbuhan alga laut.
Beberapa wilayah lautan, seperti Samudra Selatan dan Pasifik tropis bagian timur, memiliki kadar zat besi yang sangat rendah. Ketika asteroid menghantam, ledakan zat besi ini memicu pertumbuhan besar-besaran diatom, sejenis alga yang menjadi dasar rantai makanan laut.
Hasilnya adalah ledakan kehidupan laut, yang membawa dampak positif bagi ekosistem samudra dan mungkin bahkan membantu mengimbangi krisis pangan akibat penurunan hasil pertanian di daratan.
Pelajaran dari Tabrakan Asteroid di Masa Lalu
Sepanjang sejarah, Bumi telah mengalami tabrakan asteroid berukuran sedang kira-kira setiap 100.000 hingga 200.000 tahun. Peristiwa ini kemungkinan besar telah memengaruhi evolusi manusia dengan menciptakan perubahan lingkungan yang memaksa manusia purba untuk beradaptasi.
Menurut Profesor Timmermann: "Kemungkinan besar nenek moyang kita telah mengalami beberapa peristiwa serupa di masa lalu, yang mungkin memengaruhi evolusi manusia dan bahkan susunan genetik kita saat ini."
Dengan mempelajari peristiwa masa lalu, para ilmuwan berharap dapat memahami bagaimana manusia dapat merespons dampak serupa di masa depan.
Mempersiapkan Diri untuk Masa Depan
Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun kemungkinan tabrakan asteroid relatif kecil, dampaknya bisa sangat besar dan berkepanjangan. Oleh karena itu, memahami efek dari tumbukan asteroid bukan hanya tentang meneliti masa lalu, tetapi juga tentang mempersiapkan masa depan.
Para ilmuwan terus mengembangkan model ilmiah untuk membantu pembuat kebijakan dalam menyusun strategi mitigasi, mulai dari pertahanan planet hingga rencana adaptasi iklim.
Studi ini juga memberikan wawasan berharga tentang bagaimana ekosistem bereaksi terhadap perubahan mendadak, yang dapat membantu dalam merancang langkah-langkah untuk melindungi ketahanan pangan dan ekosistem di masa depan.
Meskipun tabrakan asteroid tidak bisa dihindari sepenuhnya, pemahaman yang lebih baik tentang dampaknya dapat membantu manusia bertahan dan beradaptasi jika skenario ini benar-benar terjadi suatu hari nanti.
Itulah penjelasan apa yang akan terjadi jika asteroid kecil menghantam Bumi berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.
Kontributor : Pasha Aiga Wilkins