Suara.com - Mars, yang dikenal sebagai "Planet Merah", selalu menarik perhatian manusia dengan warna merah khasnya dan berbagai misteri yang menyelimutinya. Pencarian tanda-tanda kehidupan di Mars telah menjadi salah satu misi utama dalam penelitian luar angkasa modern.
Selama lebih dari satu dekade, berbagai misi inovatif telah dilakukan demi memahami lebih jauh tentang planet ini. Namun, apa yang ditemukan para ilmuwan ternyata sedikit berbeda dari bayangan kita selama ini.
Lingkungannya yang keras dan tidak ramah membuat Mars sering disebut sebagai "planet mati". Tapi, benarkah tidak ada harapan bagi Mars untuk bisa dihuni di masa depan?
Mengapa Mars Disebut "Planet Mati"?
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Sampah Berserakan di Mars, Siapa yang Buang?
Salah satu alasan utama Mars disebut sebagai planet mati adalah kondisi atmosfernya yang sangat tipis. Atmosfer Mars hampir 100 kali lebih tipis dibandingkan dengan Bumi.
Selain itu, Mars juga kekurangan oksigen, nitrogen, dan gas-gas penting lainnya. Hal ini membuat udara di sana tidak bisa menopang kehidupan seperti yang kita kenal.
Atmosfer yang tipis juga berarti radiasi dari matahari dan angkasa luar dapat langsung mencapai permukaan Mars tanpa hambatan. Hal ini menyebabkan lingkungan Mars menjadi sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
Selain itu, tanpa efek rumah kaca yang kuat, suhu di Mars bisa berubah secara ekstrem, membuatnya semakin sulit untuk dihuni. Namun, para ilmuwan tidak menyerah begitu saja. Mereka terus mencari cara agar suatu hari nanti manusia bisa bertahan hidup di sana.
![Gambar Mars yang ditangkap oleh wahana penjelajah China Zhurong dari misi Tianwen-1 terlihat pada gambar yang dirilis oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA), 29 Juni 2022. (ANTARA/CNSA/HO via Reuters/as)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/29/94040-penampakan-planet-mars.jpg)
Kelangkaan Air di Mars
Baca Juga: Astronot Bisa Melompat ke Masa Depan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Dahulu, Mars diyakini memiliki lautan dan sungai yang luas, mirip dengan Bumi. Namun kini, planet ini menjadi daratan kering dan tandus. Air yang tersisa di Mars sebagian besar dalam bentuk es, baik di kutub maupun di bawah permukaan tanah.
NASA baru-baru ini menemukan bukti bahwa air cair masih ada di bawah permukaan Mars. Dengan menggunakan instrumen spektrometer pada satelit Mars Reconnaissance Orbiter (MRO), para ilmuwan mendeteksi keberadaan mineral terhidrasi yang disebut perklorat.
Mineral ini memiliki kemampuan mencegah air membeku meskipun suhu sangat dingin. Hal ini membuka kemungkinan bahwa air masih mengalir di Mars, meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Tidak Adanya Medan Magnet: Mars Tanpa Perlindungan
Di Bumi, kita dilindungi oleh medan magnet yang dihasilkan oleh inti planet yang masih aktif. Medan magnet ini berfungsi sebagai perisai yang menahan radiasi berbahaya dari angkasa. Sayangnya, Mars tidak memiliki medan magnet global seperti Bumi.
Dulu, Mars sempat memiliki medan magnet, tetapi seiring waktu, inti planetnya mendingin dan kehilangan energi untuk menghasilkan arus listrik yang diperlukan untuk mempertahankan medan magnet tersebut. Tanpa perlindungan ini, permukaan Mars terus-menerus terkena radiasi berbahaya, yang membuatnya semakin sulit untuk mendukung kehidupan.
Namun, ada bagian tertentu di permukaan Mars yang masih memiliki sisa-sisa medan magnet lokal. Para ilmuwan terus meneliti fenomena ini untuk memahami lebih jauh sejarah geologi dan evolusi planet tersebut.
![Planet Mars. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/14/71928-planet-mars.jpg)
Bisakah Mars Diubah Menjadi Planet yang Layak Huni?
Meskipun Mars saat ini bukan tempat yang ramah untuk kehidupan, banyak ilmuwan yang percaya bahwa kita bisa mengubahnya menjadi lebih layak huni. Salah satu cara yang diusulkan adalah terraforming, yaitu proses mengubah lingkungan suatu planet agar lebih menyerupai Bumi.
Beberapa teori menyebutkan bahwa dengan menebalkan atmosfer Mars, kita bisa meningkatkan suhu dan mencairkan es untuk mendapatkan air cair. Proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, untuk meningkatkan efek rumah kaca di Mars.
Selain itu, penelitian tentang materi organik yang ditemukan di permukaan Mars juga menjadi petunjuk bahwa planet ini pernah memiliki senyawa berbasis karbon yang bisa mendukung kehidupan.
Planet Mati yang Penuh Harapan
Untuk saat ini, sebutan "planet mati" masih cukup akurat bagi Mars. Namun, meskipun tampak tidak bernyawa, planet ini tetap menjadi salah satu tujuan utama dalam eksplorasi luar angkasa.
Mars menyimpan banyak informasi berharga yang bisa membantu kita memahami asal-usul kehidupan serta potensi kehidupan di luar Bumi.
Dengan teknologi yang terus berkembang, siapa tahu suatu hari nanti manusia benar-benar bisa tinggal di Mars? Eksplorasi terus berlanjut, dan misteri Mars masih menunggu untuk diungkap. Siapa tahu, mungkin dalam waktu dekat, kita akan menemukan kejutan besar dari tetangga merah kita ini!
Kontributor : Pasha Aiga Wilkins