Penyalahgunaan AI dapat menyebabkan pengungkapan data yang tidak diinginkan dan risik keamanan lainnya yang sulit diprediksi.
Baik sistem AI maupun data perusahaan unik yang menjadi andalannya dapat menjadi target serangan siber yang bernilai tinggi, dengan konsekuensi potensial seperti kehilangan data permanen dan penurunan efisiensi produksi.
Sementara itu, penyerang juga memanfaatkan AI itu sendiri untuk mengembangkan alat berbahaya dan meningkatkan taktik rekayasa sosial.
4. Penggunaan teknologi yang telah teruji waktu juga menimbulkan risiko serangan siber baru
Pada tahun 2025 dan seterusnya, sistem yang telah teruji waktu seperti peralatan telekomunikasi dan perangkat IoT industri dapat menjadi target serangan siber karena langkah-langkah keamanan yang ketinggalan zaman.
Fasilitas jarak jauh yang mengandalkan peralatan jaringan yang terjangkau sangat rentan terhadap eksploitasi.
Selain itu, munculnya sistem Linux di lingkungan OT menghadirkan tantangan baru, karena sistem tersebut mungkin tidak memiliki solusi keamanan yang matang, dan lebih sedikit profesional keamanan siber Linux yang terampil untuk melindunginya dengan baik.
Akibatnya, merevisi langkah-langkah keamanan siber untuk teknologi lama dan yang telah teruji waktu menjadi sangat penting.
5. Pilihan vendor peralatan yang salah berarti risiko lebih tinggi
Baca Juga: Rentan Diretas, AI DeepSeek Dinilai Berisiko dalam Keamanan Siber
Rantai pasokan panjang dan kompleks, yang sering kali melibatkan penyedia khusus yang lebih kecil, membuat segala sesuatunya menjadi sangat sulit untuk dikelola.