Suara.com - Aktor pengisi suara The Simpsons, Hank Azaria, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kecerdasan buatan (AI) bisa menggantikan pekerjaannya, mengancam seni voice acting yang telah ia tekuni selama hampir empat dekade.
Dalam opini yang ia tulis di The New York Times, Azaria menyoroti bagaimana AI dapat meniru lebih dari 100 suara yang telah ia ciptakan, termasuk karakter ikonik seperti Chief Wiggum dan Moe Szyslak.
“Rasanya menyedihkan membayangkan AI dapat meniru suara yang telah saya kembangkan selama 36 tahun,” tulisnya dikutip dari UNILAD pada Senin (10/2/2025).
“Apalagi, rasanya tidak etis jika suara atau wajah seseorang diambil begitu saja tanpa izin.” tambahnya.
Baca Juga: Survei KIC: Indonesia Dianggap Masih Tertinggal dalam Pengembangan AI
Meskipun teknologi AI semakin canggih dalam meniru suara, Azaria percaya bahwa ada aspek manusiawi yang tidak bisa direplikasi. Ia menjelaskan bahwa seorang pengisi suara tidak hanya menghasilkan suara, tetapi juga memasukkan emosi dan gerakan tubuh untuk menghidupkan karakter.
“Ketika saya mengisi suara Moe, saya benar-benar tertawa, mendesah, bahkan bergerak seperti Moe. AI mungkin bisa meniru suaranya, tetapi bisakah ia menangkap esensi karakternya?” ujarnya.
Pemenang empat Primetime Emmy Awards ini juga mengingat bagaimana ia awalnya merasa canggung melihat rekan-rekan seniornya seperti Dan Castellaneta (pengisi suara Homer Simpson) dan Harry Shearer (Mr. Burns) berakting sendirian di depan mikrofon.
![Tangkapan layar video aktor pengisi suara The Simpsons, Hank Azaria. [Unilad]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/10/44250-hank-azaria-aktor-pengisi-suara-the-simpsons.jpg)
Namun, ia kemudian menyadari bahwa voice acting adalah seni yang lebih dari sekadar menghasilkan suara—ada ekspresi, gerakan, dan jiwa di dalamnya.
Saat ini, Azaria menilai AI masih terbatas pada aspek teknis, atau yang ia sebut sebagai “versi dari leher ke atas” dalam voice acting.
Baca Juga: Tak Hanya Kamera, Orang Indonesia Kini Tertarik Beli HP yang Punya Fitur AI
“Tantangan AI adalah memahami perasaan manusia. Jika suatu hari AI bisa menangkap emosi seperti manusia, maka kita benar-benar menghadapi perubahan besar,” tambahnya.
Meskipun ia mengakui bahwa teknologi ini belum sepenuhnya menggantikan peran pengisi suara, Azaria tetap khawatir bahwa di era yang semakin tergesa-gesa, penonton mungkin tidak menyadari perbedaannya.
“Ini adalah pekerjaan saya, ini adalah sesuatu yang saya cintai. Saya tidak ingin berhenti melakukannya,” tutupnya.