Suara.com - Kejahatan siber semakin canggih dan menargetkan berbagai sektor industri dengan modus yang lebih berbahaya. Hal ini tentu harus menjadi pertahatian banyak pihak.
Kaspersky Industrial Control Systems Cyber Emergency Response Team (ICS CERT) memperingatkan bahwa pada 2025, perusahaan industri akan menghadapi serangan yang lebih kompleks, mulai dari pencurian teknologi hingga eksploitasi AI dan sistem lama yang rentan.
"Ancaman siber yang terus berkembang, dari serangan yang digerakkan oleh AI hingga kerentanan dalam teknologi baru dan lama, menimbulkan risiko yang signifikan bagi perusahaan industri pada tahun 2025," ujar Kepala Kaspersky ICS CERT Evgeny Goncharov dikutip dari ANTARA pada Kamis (6/2/2025).
Berikut adalah lima kejahatan siber yang perlu diperhatikan pada 2025 ini:
Baca Juga: Modus Baru Penipuan Online: Berkedok Hadiah Imlek 2025, Waspada!
1. Pencurian Teknologi Inovatif
Penjahat siber semakin mengincar inovasi teknologi dari perusahaan industri. Data sensitif yang tersimpan dalam rantai pasokan atau lantai produksi lebih mudah dieksploitasi dibandingkan yang ada di laboratorium penelitian. Serangan ini bisa berbentuk pencurian data teknis hingga sabotase sistem untuk melemahkan persaingan bisnis.
2. Manipulasi AI untuk Serangan Siber
Kecerdasan buatan (AI) yang banyak diadopsi untuk efisiensi industri justru menjadi celah baru bagi penjahat siber. Mereka dapat menyalahgunakan AI untuk mengungkap data perusahaan, mengembangkan serangan siber otomatis, hingga menciptakan teknik rekayasa sosial yang lebih meyakinkan.
3. Eksploitasi Sistem Lama
Baca Juga: Indonesia Terus Jadi Incaran Penjahat Siber, Hampir 4 Juta Serangan Berbasis Web Diblokir di Q4 2024
Sistem telekomunikasi dan Internet of Things (IoT) industri yang dianggap telah teruji waktu bisa menjadi sasaran empuk karena lemahnya langkah-langkah keamanan. Perangkat dengan sistem Linux di lingkungan industri juga menghadapi tantangan baru, karena masih minimnya perlindungan keamanan siber yang matang.
4. Rantai Pasokan Jadi Celah Keamanan
Vendor yang kurang berinvestasi dalam keamanan siber berpotensi menjadi titik lemah. Perusahaan industri sering mengembangkan solusi otomasi sendiri atau melalui pihak ketiga yang tidak memiliki sistem keamanan memadai, sehingga membuka peluang serangan pada rantai pasokan yang panjang dan kompleks.
5. Serangan dengan Open Source Tools
Serangan terhadap infrastruktur industri semakin mudah dilakukan karena berkembangnya alat sumber terbuka. Dokumentasi yang semakin terbuka justru memudahkan pelaku kejahatan untuk menyusun serangan lebih canggih, membuat sistem otomasi dan jaringan industri lebih rentan terhadap gangguan operasional.
Dengan semakin kompleksnya modus kejahatan siber, perusahaan industri harus meningkatkan kesadaran dan keamanan digitalnya agar tidak menjadi korban serangan yang dapat berdampak besar pada operasional dan keuangan mereka.