"Jika ingin dikhawatirkan, data itu yg lebih perlu dikhawatirkan dan bukan data chatbot dengan Asisten AI," timpalnya lagi.
Alfons berpandangan kalau kekhawatiran yang berlebihan kepada DeepSeek justru membuat Indonesia rugi besar karena takut menggunakan teknologi AI.
Lebih lagi, lanjut dia, Indonesia sudah tertinggal jauh dalam perlombaan pengembangan aplikasi maupun implementasi AI. Padahal negara lain sudah melaju kencang dengan AI.
"Kita malah ketakutan sendiri dengan AI dan kita tidak memanfaatkan AI dengan optimal untuk kepentingan kita," ucapnya.
Lebih jauh, Alfons menyebut kalau kehadiran asisten AI open source seperti DeepSeek merupakan kesempatan emas untuk orang Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain.
Tapi dirinya juga mengimbau pengguna untuk mengetahui batas dan kelemahan AI. Ia meminta orang Indonesia untuk tidak percaya sepenuhnya pada teknologi tersebut.
"Jadi jangan dipercaya 100 persen karena tidak ada jaminan informasi yang dihasilkan oleh AI 100 persen akurat. Anda sebagai pengguna yang harus bijak dalam memilah, menyerap dan menggunakan informasi," pungkasnya.