IVM: Teknologi Baru untuk Program Hamil yang Lebih Nyaman

Muhammad Yunus Suara.Com
Senin, 03 Februari 2025 | 20:14 WIB
IVM: Teknologi Baru untuk Program Hamil yang Lebih Nyaman
Ilustrasi ChatGPT laboratorium fertilitas modern dengan dokter yang sedang mengamati sel telur di bawah mikroskop [Suara.com/Muhammad Yunus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi pasangan yang menghadapi tantangan dalam memiliki momongan, teknologi reproduksi terus berkembang untuk memberikan solusi terbaik.

Salah satu inovasi yang kini menjadi pilihan adalah In Vitro Maturation atau IVM, sebuah metode bayi tabung yang memungkinkan pematangan sel telur dilakukan di laboratorium, bukan di dalam tubuh.

Menurut Dr. Malvin Emeraldi, SpOG, Subsp.FER(K), spesialis fertilitas dari Universitas Indonesia, IVM menjadi alternatif yang lebih nyaman dibandingkan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung konvensional.

“IVM sangat cocok untuk pasien dengan risiko tinggi terhadap efek samping stimulasi hormon, seperti wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS),” jelasnya.

Baca Juga: 4 Tips Mudah Mempercepat Kinerja iPhone yang Mulai Lemot

Bagaimana IVM Bekerja?

Dalam prosedur IVM, dokter akan mengambil oosit (sel telur yang belum matang) dari ovarium tanpa perlu stimulasi hormon yang berlebihan.

Sel telur ini kemudian dimatangkan di laboratorium sebelum dibuahi dengan sperma.

Keunggulan utama dari IVM dibandingkan IVF adalah minim stimulasi hormon, sehingga lebih nyaman bagi pasien.

Risiko efek samping lebih rendah, terutama terhadap Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS). Prosedur lebih sederhana dan terjangkau, karena mengurangi kebutuhan obat hormonal dan kunjungan medis.

Baca Juga: Membayangkan Dunia Tanpa AI dan Robot: Bagaimana Manusia Hidup?

Namun, tingkat keberhasilan IVM saat ini masih lebih rendah dibandingkan IVF. Jika IVF memiliki tingkat keberhasilan sekitar 40–50%, IVM berada di angka 20–35%.

Masa Depan IVM

Meski masih terus dikembangkan, teknologi IVM kini semakin menjanjikan dengan inovasi seperti CAPA-IVM, yang meningkatkan keberhasilan pematangan sel telur dan kualitas embrio.

Fakta menarik, teknologi IVM pertama kali diteliti sejak 1930-an oleh Gregory Pincus, dan bayi pertama hasil IVM lahir di Korea Selatan pada 1991.

Kini, teknologi ini mulai diterapkan di Indonesia, salah satunya oleh Morula IVF Indonesia.

Dengan kemajuan teknologi, IVM bisa menjadi solusi bagi lebih banyak pasangan yang ingin memiliki buah hati tanpa harus melalui prosedur yang terlalu kompleks.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI