Tiongkok Akan Ledakkan Starlink dari Angkasa dalam Perang Taiwan?

Muhammad Yunus Suara.Com
Minggu, 26 Januari 2025 | 14:05 WIB
Tiongkok Akan Ledakkan Starlink dari Angkasa dalam Perang Taiwan?
Ilustrasi ChatGPT menggambarkan pengembangan senjata disruptif Tiongkok, seperti laser, gelombang mikro, dan energi terarah untuk melemahkan jaringan satelit [Suara.com/Muhammad Yunus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menargetkan masing-masing satelit Starlink dianggap tidak efisien; sebaliknya, Tiongkok telah mengeksplorasi teknologi disruptif, termasuk Relativistic Klystron Amplifier (RKA), senjata gelombang mikro berkekuatan tinggi yang mampu menonaktifkan perangkat elektronik satelit yang sensitif.

Namun penerapan sistem tersebut menghadapi tantangan, termasuk satelit yang terlalu panas dan kebutuhan energi.

Selain itu, Tiongkok telah menciptakan senjata energi terarah yang canggih seperti laser solid-state yang dipasang pada satelit dan sedang menjajaki potensi laser sinar-X—gagasan yang berasal dari Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI) AS—untuk menghancurkan beberapa satelit dalam satu waktu menyerang.

Pendekatan ini bertujuan untuk membalikkan ketidakseimbangan biaya-pertukaran senjata anti-satelit tradisional.

Dasar pemikiran program ini berasal dari keunggulan militer Starlink yang telah terbukti, seperti meningkatkan kecepatan data drone dan pesawat tempur siluman AS hingga 100 kali lipat, dan peran pentingnya dalam keberhasilan medan perang Ukraina, termasuk tenggelamnya kapal penjelajah Rusia Moskva.

Fokus Tiongkok pada teknologi tersebut mencerminkan strategi yang lebih luas untuk memitigasi kemampuan Starlink dan mempertahankan keunggulan ruang angkasa, khususnya dalam skenario seperti konflik Taiwan.

Memperhatikan efektivitas Starlink dalam perang Ukraina, Juliana Suess menyebutkan dalam artikel Januari 2023 untuk Royal United Service Institute (RUSI) bahwa Taiwan, terinspirasi oleh Ukraina, sedang mengembangkan sistem komunikasi satelit orbit Bumi Rendah (LEO).

Suess mengatakan bahwa proyek tersebut, yang diumumkan oleh Badan Antariksa Taiwan pada bulan Desember 2022, bertujuan untuk memberi Taiwan kemampuan berdaulat untuk komunikasi independen jika terjadi invasi Tiongkok.

Dia mencatat bahwa sistem ini dirancang untuk memastikan ketahanan terhadap potensi serangan terhadap kabel bawah laut Taiwan, yang saat ini menjadi tulang punggung komunikasi eksternal Taiwan.

Baca Juga: Myanmar Deportasi 50.000 Penipu Online ke Tiongkok, Minta Bantuan Negara Tetangga

Dalam laporan Stanford Cyber Policy Center pada bulan Juli 2024, Charles Mok dan Kenny Huang menyoroti kerentanan kabel bawah laut Taiwan, yang menjadi andalan pulau ini untuk konektivitas internetnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI