Perangkat lunak perencanaan berbasis 3D bahkan memungkinkan simulasi prosedur operasi sebelum dilakukan, mengurangi risiko kesalahan dan meningkatkan efisiensi.
Tantangan di Indonesia
Meskipun manfaat teknologi 3D sangat menjanjikan, penerapannya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Infrastruktur kesehatan yang belum merata, biaya tinggi, serta prioritas pada kebutuhan dasar seperti alat bedah konvensional dan obat-obatan menjadi kendala utama.
"Untuk memaksimalkan potensi teknologi 3D, kita memerlukan integrasi teknologi ini ke dalam pendidikan kedokteran gigi," kata Prof Lilies. Ia menambahkan bahwa pengajaran dan pelatihan teknologi 3D di universitas perlu ditingkatkan agar tenaga medis siap menggunakan teknologi ini di masa depan.
Peran Kolaborasi dan Pemerintah
Menurut Prof Lilies, kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan penyedia teknologi sangat penting. Selain itu, pemerintah juga diharapkan bekerja sama dengan sektor swasta untuk memperluas akses teknologi 3D, misalnya melalui subsidi atau hibah untuk rumah sakit di daerah terpencil.
"Dengan langkah-langkah strategis ini, kita dapat menjadikan teknologi 3D sebagai alat utama dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan, khususnya di bidang bedah mulut," tutupnya.
Teknologi 3D bukan hanya masa depan, tetapi sudah menjadi kenyataan yang mulai dirasakan dampaknya. Dengan dukungan yang tepat, Indonesia dapat segera merasakan manfaat penuh dari revolusi ini.
Baca Juga: Cobra Dental Innovation Day Dorong Perkembangan Dunia Kedokteran Gigi Indonesia