Suara.com - Kebakaran hebat di Los Angeles (LA), California, Amerika Serikat menuai perhatian banyak pihak. Peneliti BRIN baru-baru ini menjelaskan mengapa kebakaran di Jakarta cenderung tak meluas seperti kebakaran di LA.
Sebagai informasi, kebakaran Los Angeles sudah menghanguskan lebih dari 35 ribu hektar lahan. Tak hanya itu, lebih dari 10 ribu bangunan juga hancur oleh api. Berdasarkan data dari pemadam kebakaran lokal hingga Minggu (12/01/2025), jumlah korban tewas akibat peristiwa dahsyat di Los Angeles mencapai 24 orang.
Salah seorang netizen X dengan akun @axdwin penasaran mengapa kebakaran di LA bisa meluas sementara kebakaran di Jakarta dapat padam dengan cepat.
"Yang saya nggak habis pikir, kenapa kebakaran di LA di mana rumah-rumah besar terpisah jauh satu sama lain bisa merambat seluas itu. Sementara kebakaran di gang-gang sempit yang terpadat di Jakarta bisa dilokalisir? Serius bingung," tulis netizen.
Baca Juga: Dikomentari karena Bantu Korban Kebakaran Los Angeles, Cinta Kuya Singgung Palestina
Ahli Klimatologi dan Profesor Riset Klimatologi & Perubahan Iklim di Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin mengungkap bahwa kebakaran di Jakarta tidak bisa meluas karena daerah tersebut tak mempunyai angin Santa Ana.
Prof. Dr. Erma Yulihastin menjelaskan, angin super panas dan kering menjadi penyebab kebakaran besar di LA. "Karena di Indonesia tak ada angin Santa Ana yang super panas dan kering dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam dibangkitkan oleh tekanan tinggi dari dataran tinggi gurun Great Basin. Itulah perlunya punya wawasan tentang ilmu meteorologi," tulis Erma Yulihastin melalui akun X miliknya (@EYulihastin).
Perlu diketahui, angin Santa Ana terkadang mendapat julukan sebagai 'angin setan' karena membawa suhu super panas dan kering. Itu adalah angin Katabatik kuat dan sangat kering yang berasal dari pedalaman serta mempengaruhi pesisir California Selatan. Angin ini berasal dari massa udara dingin, kering, dan bertekanan tinggi di Great Basin.
Mengutip Science News Explores, kebakaran di LA disebabkan oleh kondisi kering yang tidak biasa dan angin musiman yang berkekuatan badai. Hembusan angin bahkan mencapai 145 kilometer per jam.
Angin yang mampu membawa bara api serta banyak rumah dari kayu membuat kebakaran semakin membesar. Musim kebakaran di California Selatan umumnya diperkirakan berlangsung dari Mei hingga Oktober. Namun, penelitian terkini menunjukkan bahwa meningkatnya suhu dan menurunnya curah hujan memperpanjang durasi musim kebakaran.
Baca Juga: Mengerikan! Kebakaran LA Ratakan Rumah Mewah Para Selebriti, Siapa Saja yang Terdampak?
Keberadaan angin Santa Ana membuat kebakaran semakin tak terkendali meski pemerintah setempat sudah melibatkan banyak truk pemadam serta pesawat.
Terlebih lagi, angin Santa Ana dapat mencapai kecepatan hingga 160 kilometer per jam. Itu membuat angin tersebut sangat hebat dalam memperbesar serta menyebarkan bara api.
"Ini sudah menjadi salah satu kebakaran hutan terburuk dalam sejarah California. Jika sejumlah besar bangunan tambahan terbakar dalam beberapa hari mendatang, ini mungkin menjadi kebakaran hutan terburuk dalam sejarah California modern berdasarkan jumlah bangunan yang terbakar dan kerugian ekonomi," kata Kepala Meteorologi AccuWeather Jonathan Porter dikutip dari IFLScience.
Ilmuwan setempat menjelaskan bahwa angin kencang, kondisi kering, serta perubahan iklim membuat kebakaran di Los Angeles dapat menyebar dengan cepat pada area luas.