Bahaya Kessler Syndrome: Sampah Antariksa Ancaman Serius bagi Bumi

Sabtu, 04 Januari 2025 | 08:29 WIB
Bahaya Kessler Syndrome: Sampah Antariksa Ancaman Serius bagi Bumi
Ilustrasi satelit di orbit Bumi. [NASA-JPL/Caltech]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan kembali memperingatkan ancaman serius dari penumpukan sampah antariksa yang dapat menempatkan umat manusia dalam "bahaya mendesak" jika tidak segera ditangani.

Fenomena yang dikenal sebagai Kessler Syndrome ini menggambarkan skenario di mana puing-puing antariksa yang saling bertabrakan menciptakan rangkaian kehancuran berantai, sehingga mencemari orbit Bumi.

Dilansir dari UNILAD, Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh astrofisikawan Amerika, Donal Kessler, pada 1978. Ia memperingatkan bahwa peningkatan jumlah puing dapat membuat orbit Bumi seperti "kecelakaan kereta api lambat" yang dampaknya mengerikan.

Lonjakan Jumlah Sampah Antariksa

Data terbaru menunjukkan jumlah puing di orbit terus bertambah signifikan, dipicu oleh peningkatan peluncuran satelit dalam satu dekade terakhir.

Menurut European Space Agency (ESA), lebih dari 130 juta fragmen, mulai dari potongan kecil seukuran sekrup hingga puing besar berukuran lebih dari 10 cm, kini mengelilingi Bumi dengan kecepatan rata-rata 18.000 mph—tujuh kali kecepatan peluru.

Lonjakan ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas perusahaan swasta seperti SpaceX, yang telah meluncurkan ribuan satelit dalam program Starlink.

SpaceX bahkan berencana menambah jumlah satelitnya hingga 40.000 unit, sementara perusahaan lain seperti Amazon dan China juga berkompetisi.

Ilustrasi satelit AMOS-6 yang akan menjadi pemancar internet gratis milik Facebook (Facebook/Mark Zuckerberg).
Ilustrasi satelit AMOS-6 yang akan menjadi pemancar internet gratis milik Facebook (Facebook/Mark Zuckerberg).

Risiko dan Tantangan

Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa 5,2 Magnitudo Dini Hari, Banyak Warga Yang Panik

Puing-puing yang berada di orbit rendah (LEO) umumnya akan terbakar di atmosfer, tetapi yang berada di orbit geostasioner (GEO) bisa tetap bertahan selama ribuan tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI