Bertabur Planet, 5 Fenomena Langit Bisa Dilihat Mata Telanjang Sepanjang Januari 2025

Kamis, 02 Januari 2025 | 15:50 WIB
Bertabur Planet, 5 Fenomena Langit Bisa Dilihat Mata Telanjang Sepanjang Januari 2025
Ilustrasi planet - fenomena langit. (David Menidrey/Unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Penamaan ini merupakan praktik yang dipopulerkan dalam beberapa dekade terakhir oleh Farmers' Almanac di Amerika Serikat. Penamaan yang digunakan dalam almanak tersebut diklaim berasal dari suku asli Amerika.

Bukan tanpa sebab, Bulan purnama yang terjadi pada Januari disebut Wolf Moon karena serigala lebih aktif dan lebih sering melolong di musim dingin.

Pada malam setelah 14 Januari 2025, Bulan akan terbit sekitar satu jam lebih lambat setiap harinya dan akan tampak lebih jelas di malam hari.

Saat mencapai fase purnama, Bulan akan berada pada deklinasi 25°53'N di konstelasi Gemini. Bulan akan berada pada jarak 381.000 kilometer dari Bumi.

Ilustrasi hujan meteor (Shutterstock).
Ilustrasi hujan meteor (Shutterstock).

5. Hujan meteor Ursid

Hujan meteor γ-Ursae Minorid atau Ursid merupakan fenomena yang terjadi saat Bumi melintasi jalur yang pernah dilalui oleh komet 8P/Tuttle. Menurut laporan, hujan meteor ini diprediksi akan terjadi pada 19 Januari 2025.

Sebenarnya, hujan meteor Ursid aktif mulai 15 Januari hingga 25 Januari 2025. Namun, puncaknya terjadi sekitar 19 Januari 2025.

Selama periode tersebut, pengamat memiliki peluang untuk melihat hujan meteor γ-Ursae Minorid. Jika dilihat dari Jakarta, hujan meteor ini baru akan terlihat sekitar pukul 02:07 WIB dan akan tetap aktif hingga pukul 05:25 WIB.

Titik radian paling tinggi di langit diperkirakan terjadi pada pukul 07:00 WIB, sehingga kemungkinan hujan meteor ini akan menghasilkan penampakan terbaiknya sebelum fajar terbit.

Baca Juga: Kalender 2025 Sama dengan 1975? Download Tanggalan PDF Gratis, Ada Hijriah dan Wetonnya

Pada saat ini, rotasi Bumi membuat Jakarta menghadap secara optimal ke arah datangnya meteor, sehingga menghasilkan jumlah hujan meteor yang turun secara vertikal ke bawah. Namun di waktu lainnya, akan ada lebih sedikit meteor yang terbakar di atas Jakarta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI