Suara.com - Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mengungkap gagasan untuk menambah lahan kelapa sawit tanpa mempedulikan ancaman deforestasi bagi hutan Indonesia. Tidak bisa dianggap sepele, berikut deretan dampak negatif deforestasi yang menjadi ancaman serius saat ini.
Dalam pidatonya di Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Gedung Bappenas beberapa waktu lalu, Prabowo menyebut jika Indonesia perlu untuk menambah lahan kelapa sawit tanpa perlu takut bahaya deforestasi atau deforestation.
Menurut Prabowo, kelapa sawit merupakan bagian dari pepohonan dengan daun yang membuatnya dapat menyerap karbondioksida layaknya pohon-pohon lainnya.
"Saya kira ke depan kita harus tambah tanam kelapa sawit. Enggak usah takut apa itu katanya membahayakan, deforestation, namanya kelapa sawit ya pohon ya kan? Bener enggak, kelapa sawit itu pohon, ada daunnya kan? Dia menyerap karbondioksida," ujar Prabowo.
Alasan perluasan lahan kelapa sawit ini menurut Prabowo merupakan bagian dari keinginan beberapa negara lainnya yang bergantung pada Indonesia sebagai produsen sawit.
Dampak negatif deforestasi bagi hutan Indonesia

Sebagai negara penghasil sawit, deforestasi menjadi ancaman serius di Indonesia. Hal ini karena terjadi hilangnya area hutan akibat industri monokultur. Setiap tahunnya, perkebunan sawit terus meningkat hingga membuat deforestasi adalah hal yang perlu diperhatikan.
Laman Lindungi Hutan menyebut jika deforestasi merupakan perubahan yang terjadi di salah satu wilayah dari kondisi berhutan menjadi tidak berhutan. Hutan ini berkaitan dengan vegetasi pohon yang selama ini berada di area hutan.
Dalam periode 2021-2022, Indonesia mengalami deforestasi yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan emisi gas rumah kaca sebesar 200 juta ton metrik setiap tahunnya.
Baca Juga: Baskara Hindia Sebut Saran Prabowo tentang Penambahan Kelapa Sawit Ngawur: Dicebokinnya Gimana?
Penyebab deforestasi sering kali disebabkan oleh kebakaran hutan, pembukaan lahan perkebunan, perambahan hutan, program transmigrasi hingga pertambahan sumber daya alam.