Suara.com - Apakah perjalanan luar angkasa bisa mempengaruhi tubuh manusia? Bagaimana dengan kondisi tubuh para astronot yang sudah melanjani perjalanan luar angkasa selama ini?
Tubuh manusia telah berevolusi selama ribuan tahun untuk beradaptasi dengan kehidupan di Bumi. Mulai dari kemampuan menahan tarikan gravitasi, memanfaatkan gas di atmosfer untuk respirasi, hingga mencerna makanan yang tersedia di planet ini.
Namun, seiring perkembangan peradaban, manusia telah melangkah lebih jauh, melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk menjelajahi planet dan bintang lain.
Sayangnya, perjalanan luar angkasa membawa tantangan besar bagi tubuh manusia. Kondisi yang tidak biasa di luar angkasa memengaruhi tubuh secara signifikan, menghadirkan risiko yang tidak pernah dihadapi sebelumnya.
Meski sering kali digambarkan sebagai petualangan heroik dalam film, sisi gelap dari perjalanan luar angkasa jarang dibahas. Apa saja risiko yang dihadapi tubuh manusia di luar angkasa, dan bagaimana hal itu mengubah kondisi fisik setelah kembali ke Bumi?
Bahaya Perjalanan Luar Angkasa

1. Paparan Radiasi
Di luar angkasa, tubuh manusia terpapar radiasi dengan energi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan radiasi di Bumi, seperti sinar-X atau sinar gamma.
Di Bumi, atmosfer dan medan magnet melindungi kita dari radiasi ini. Namun, dalam perjalanan luar angkasa, perlindungan tersebut tidak ada.
Radiasi pengion di luar angkasa dapat merusak DNA, makromolekul sel, dan bahkan molekul air di tubuh, memicu stres oksidatif. Kerusakan ini sering kali tidak dapat diperbaiki, meningkatkan risiko gangguan kesehatan serius seperti kanker dan kerusakan organ.