Penemuan ini datang tak lama setelah dekripsi mosaik Meggido yang berusia 1.800 tahun, yang menyebutkan “Yesus adalah Tuhan,” serta manuskrip hampir 2.000 tahun yang mengisahkan masa kecil Yesus yang ditemukan pada Juli 2024.
Tantangan dalam Proses Dekripsi
Para ahli menghadapi tantangan besar untuk membuka gulungan lembaran perak yang rapuh ini. Ivan Calandra, seorang arkeolog dari LEIZA, menjelaskan, “Lembaran perak ini telah tergulung selama sekitar 1.800 tahun, yang tentu saja menyebabkan kerutan dan tekanan.”
Dengan menggunakan teknologi CT, tim berhasil memindai artefak dengan resolusi tinggi dan menciptakan model 3D untuk mengurai inskripsinya. Potongan-potongan hasil pemindaian dirakit secara bertahap hingga sebagian besar kata-kata dapat terlihat.
Namun, ada beberapa bagian teks yang hilang. Meski demikian, tulisan ini dianggap “murni Kristen” karena menonjolkan Yesus Kristus dan Santo Titus, seorang misionaris dan pemimpin gereja, tanpa mengandung tema pagan maupun elemen Yudaisme.

Bukti Kekristenan Awal
Profesor Markus Scholz dari Universitas Goethe di Frankfurt memimpin upaya dekripsi. “Saya mengundang ahli teologi dan kami mendekati teks ini secara bertahap hingga berhasil menguraikannya,” kata Scholz. Ia juga terkejut bahwa ukiran tersebut menggunakan bahasa Latin, mengingat inskripsi serupa biasanya ditulis dalam bahasa Yunani atau Ibrani.
Sedikit yang diketahui tentang pria yang dikubur dengan amulet ini. Namun, para ilmuwan percaya ia adalah seorang Kristen yang taat, meski pada masa itu umat Kristen masih menghadapi penganiayaan. Amulet tersebut kemungkinan besar dikenakan di lehernya sebagai perlindungan hingga ia meninggal dunia.
Di dalam makamnya, para peneliti juga menemukan mangkuk dupa dan kendi dari tanah liat. Para peneliti menyebut pria ini sebagai “Kristen pertama di utara Pegunungan Alpen” dan menduga masih ada situs-situs pemakaman Kristen kuno lainnya yang belum ditemukan di Eropa.
Baca Juga: Tragedi di Pasar Natal Magdeburg, Korban Luka Lebih dari 200 Orang